Senin, 27 Oktober 2014

[Benarkah?] Remaja dan Budaya Instan

foto: merokok sebabkan kangker tenggorokan

Kali ini saya akan lebih sering membahas mengenai remaja dan pola perilakunya. Dampak dari sedikit banyaknya kumpul dan bergaul dengan mereka sehingga keinginan dan hasrat saya untuk menulis perilaku mereka dalam setiap gerak tubuhnya yang memberikan petunjuk dan makna-makna positif dan negatif. Kenapa gambar rokok? Ya, instan itu ibarat hisapan rokok buat remaja, bukan untuk makna yang lain tapi hanya untuk kesenangan dan bahkan ikut-ikutan remaja yang lainnya.
Yuks, langsung saja kepada pembahasan.

Budaya? Secara hemat saya, gampangnya budaya itu perilaku dan pola pandang kehidupan manusia yang dilakukan setiap saat dan sehari-harinya yang menjadikan pedoman kehidupan mereka. Sebenarnya, kalau budaya secara universal diartikan sebagai hasil karya, rasa dan cipta dari manusia. Instan? Kalau sekilas mendengar istilah Instan, pasti yang sesaat ada di benak kalian adalah MIE? betul sebenarnya, karena hampir disetiap plosok penjuru Indoesia sudah menjadikan mie Instan sebagai salah satu hidangan yang mudah sekali disajikan. Tinggal panaskan air, masukan mie instan, tiriskan dan kasih bumbu sudah bisa dihidangkan. Proses? Iya, melalui tahapan proses sih sebenarnya. Tapi semua prosesnya dilakukan sangat instan.

Jadi Kalau sudah remaja terkena dampak dari Budaya Instan, maka berakibat pada mentalitas, kekayaan, prestasi, ketenaran, dan popolaritas yang diutamakan dalam kehidupannya. Sebisa mungkin mendapatkan yang terbaik dan tanpa melalui beberapa tahap yang seharusnya dan selayaknya didapatkan dari usaha yang dilakukan. Saya sering mendengar perkataan "Jika bisa diperoleh dengan mudan dan cepat, mengapa mesti harus terlalu banyak pertimbangan" itulah ungkapan yang sering kita dengar di masyarakat. Sadar ataupun tidak memberikan dampak kepada remaja untuk selalu bertindak Instan dalam kehidupannya. 

Mereka memikirkan bukan proses lagi, bukan belajar, bukan pengalaman yang bisa diambil. Akan tetapi mereka mementingkan hasil, gol dan tujuan yang harus dicapai dari apa yang diinginkan? Ngeri? betul sekali,bahkan budaya Instan ini menjadi virus dan menular kepada generasi muda dan tua kita. Mempercepat proses dengan hasil maksimal, ibarat ilmu ekonomi "modal sedikit dengan keuntungan sebesar-besarnya". Ungkapan yang mungkin sangat menjengkelkan hari ini bagi saya "time is money" waktu adalah uang? Kehidupan yang bertujuan hanya untuk mendapatkan materi dan kenikmaatan sesaat apakah mengandung makna yang baik nantinya? 

Fakta dan kejadian, Pagi tadi saya sempat mengajarkan matematika kepada anak-anak saya, mereka malah menggunakan alat hitung (kalkulator) untuk mencari hasil dari jawabannya. Saya bertanya "kenapa tidak dihitung secara manual? kan kalau nanti ujian kamu tidak diperbolehkan membawa alat hitung (kalkulator)?" apa jawaban mereka! Pak, kalau ada yang mudah mengapa harus mencari yang sulit. Teknologi memang membuat kita untuk meringankan pekerjaan, akan tetapi bukan seharusnya hal ini dilakukan untuk memanjakan otak kalian dalam berhitung. Ada halnya seperti internet, bukan kegiatan positif yang mereka lakukan akan tetapi malah digunakan untuk menghibur dan kesenangan semata. 

Teknologi yang meresat cepat ini sangatlah berpengaruh besar kepada pola perilaku dan sikap dari remaja. Saya sering bercerita kepada mereka, kondisi dahulu saya tidak ada namanya smartphone, laptop, kalkulator dan alfalink. Saya kesolah pas SMP dulu tidak menggunakan semua teknologi dan kecanggihan itu, akan tetapi hari ini saya bisa berada ditengah kalian semua, dan apa jawaban dari mereka bapak, itu kan dulu kalau sekarang mah udah bukan begitu lagi.

Dalam hati berkata, peranan orang tua lah yang sangat penting untuk pola asuh dari remaja. Dibiasakan hidup dengan berlimpahan teknologi di usia yang belum seharusnya, atau bisa dikatakan belum siap menerima kecanggihan teknologi sehingga berdampak pada psikomotor anak yang cendrung lebih senang sendiri ketimbang bermain dengan sebayanya.

Kembali lagi, budaya instan mendorong anak remaja kita selalu berfikir prestasi yang besar dan menjadi yang terbaik di lingkungannya akan tetapi tanpa ada perjuangan dan proses yang panjang.
Lunak pada keadaan dan tak mau keras pada diri sendiri.

Semoga bermanfaat :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar