Sejauh yang bisa aku pahami, keinginan adalah hasrat, kehendak, dan mau melakukan, memiliki sesuatunya. Aku merasa keinginan tidak ada yang salah, selama keinginan itu tidak menjadi beban dalam hidup kita. Kadang kalanya keinginan yang menjadi kehendak, hasrat yang tidak di topang dengan kemampuan diri. Hasilnya, menjadi memaksa, seolaholah tertekanlah diri kita. Hasrat sebenarnya perihal perasaan, sama halnya dengan keinginan, keduanya memiliki kesamaan isi, yakni memiliki atau melakukan sesuatu sesuai hasrat dan keinginan kita. Berpikir tidak? Kadang kita melakukan hasrat yang tanpa di dasari oleh akal? Tentu sering, tanpa melakukan pertimbangan yang matang, dan hanya berdasarkan insting semata.
Keinginan itu menjadi bagian dalam sifat manusia, aku berani mengatakan demikian karena sejatinya ingin itu sendiri relatif aman untuk dilakukan. Coba bayangkan, kalau keinginan kita tidak terpenuhi? Bisa menjadi pergolakan batin, dan kadang kalanya merusak sistem saraf dalam diri kita. Sampai akhirnya, mengalami kegilaan, stress berlebih, dan murung dengan sendirinya. Tanpa banyak ragam alasan, gejala itu tadi awal dari keinginan yang tidak terpenuhi. Nah, inilah keinginan yang negatif, dan merusak diri kita. Perlu di waspadai, dan juga di filter atau di saring dengan baik. Utamanya diri kita, kalau orang lain mah, tidak terlalu campur tangan tentang keinginan dan masalah kita.
Istigfar, menurutku juga menjadi hal yang baik untuk meminimalisir terjadinya keinginan yang berlebih. Karena keinginan tak jauh dari perasaan, kalau perasaan itu di sandingkan dengan permohonan ampun kepada Tuhan, harapan untuk luluh akan keinginan bisa hilang. Keinginan berbeda dengan kebutuhan, secara kata dasar pun jelas berbeda. Kalau kebutuhan, berawal dari butuh maknanya yang diperlukan, harus terpenuhi, wajib dilaksanakan. Bukan lagi tabiat dari diri, tapi menjadi tanggung jawab setiap diri. Nah, dari sinilah kita mengenal solusi dan perbedaan beberapa istilah. Kalau kita bijak dan dewasa memilah-milah keinginan, maka hidup kita akan lebih ringan.
Orang yang hidup menderita, serba banyak penyakit hati, aku rasa karena banyak rasa iri, marah, dengki, dan dendam kepada orang lain. Penyakit hati itu timbul muaranya dari keinginan yang tidak tertuju. Dan ditopang pula dengan kondisi sekitar yang memanaskan hati, sempurna, itu kata yang tepat ku sematkan. Bukan tidak mungkin keinginan salah satunya adalah uang, ya! Banyak duit. Setiap pribadi mendambakan hal yang sama, hampir setiap pribadi, umumnya begitu. Karena dengan duit, keinginan apapun bisa terbeli, terealisasi, terimpikan dengan nyata dan ada. Bukan lagi menjadi angan dalam perasaan, tapi ada dan lekat dalam hidupnya. Akh, menjadi pribadi yang paling sial dilahirkan, miskin, melarat, dan diberi hidup dengan usia panjang. Lama rasanya penderitaan dunia, tapi dalam sisi pribadi yang lain, ada kemuliaan yang barangkali tak terjamah bagi beberapa orang yang menderita bukan karena keinginan tak terpenuhi, tapi kebutuhan hidup yang tidak ada.
Uang pangkal utama dari lahirnya konflik diri untuk beberapa keinginan. Lazim banyak orang yang menginginkan barang lantas tidak memiliki daya beli untuk keinginannya. Bukan tidak mungkin masalah utamanya adalah uang, kalau tidak ada, keinginan harus terpenuhi. Bisa jadi pribadi yang baik menjadi buruk, dan bertindak kriminal karena sebuah keinginan. Sungguh keinginan berubah menjadi nafsu, disinilah sisi buruk dari keinginan manusia, hasrat rakus dari manusia, dan kemauan yang harus dipenuhi manusia.
Keinginan adalah nafsu dalam diri, bukan hal baru lagi bagiku. Karena rasa memiliki, mempunyai, dan hasrat menginginkan itu berangkatnya dari keinginan. Menjadi keras, menjadi egois, dan pembenci wujud dari nafsu yang memberontak dari keinginan yang tak terbendung. Harusnya, sebagai pribadi mampu mengatasi keinginan tadi dengan usaha-usaha untuk memenuhi keinginannya, setidaknya itu alternatif yang realistik, nyata bentuknya. Kalaupun usaha yang dilakukan tak kunjung mendapatkan hasil, perbanyak mendekat kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, berharap, berdoa, bermuntajab kepada-Nya. Barang kali, ampunan dan doa di terkabulkan dengan segera. Karena sejatinya nafsu harus dilawan, kalau dibiarkan, bisa merusak sistem pengetahuan, membutakan akal pikiran, akal jernih, dan qolbu suci dalam diri. Sebening apapun, tak ubah-ubah kalau terselimuti dengan nafsu.
Benci aku dengan keinginan, tapi aku tak bisa melepas cengkraman gurita ingin untuk hapus dalam diri. Entah karena aku masih muda, nafsu birahi masih tinggi, sehingga beberapa kehendak harus terpenuhi. Tapi sialnya, kehendak-keinginan yang aku idamkan bukan tentang keinginan yang baik. Melainkan keinginan yang kadang tak merubah kehidupanku, keinginan yang hanya sebagai pemuas nafsu. Disitulah kekeliruan yang kadang aku alami, tapi sejauh dalam diri masih katagori normal, dan tak sampai berhutang, menjual barang vital, dan kredit sana-sini hanya untuk sebuah keinginan. Akhirnya aku mampu memberikan makna terdalam pada akhir tulisanku ini, bahwa keinginan adalah nafsu, tidak ada keinginan dalam diri manusia yang tak lepas dari nafsu. Nafsu dunia, nafsu hasutan materi, nafsu untuk rakus, nafsu menjadi egois karena sebuah keinginan. Parahnya lagi keinginan untuk hidup dengan banyak uang, tanpa peduli hidup orang lain. Filantropi? Khayal saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar