Cinta, kata yang sulit untuk menemukan makna dan arti terdalamnya. Ragam sudut pandang ilmu mencoba menggali lebih dalam lagi arti cinta sampai pada wujud terakhir pun ternyata tak mampu menjelaskan detail arti dan makna cinta. Aku yang berangkat dari pengalaman selama hidup, cinta itu dinamis. Tak lekang oleh waktu, ia selalu berganti sepanjang masa dimana ia mencoba memberi rasa pada manusia. Kecil, remaja, dewasa, dan tua tentu memiliki cinta. Tapi arti dan makna cinta terdalam tak bisa kemput di gali dalam akal logika seorang. Sukar bagiku mengartikan sesungguhnya, senampak-nampaknya apa itu cinta. Jelas dapat aku kata bahwa cinta adalah soal akal dan hati. Ia berjalan harmoni, mengisi dalam setiap diri. Sekalipun hewan, sekalipun binatang, dan sekalipun jin setan. Aku rasa mereka merasa dan memiliki cinta, hanya kita, aku manusia yang serba terbatas untuk menjelaskan dan mendalami cinta dalam diri yang berbeda.
Kecilku dulu, aku merasa kasih sayang ibu dan anaknya adalah cinta. Karena ibu memberikan kasih paling nyata untuk makhluk kecil yang dihasilkan dari hubungan cinta yang tulus dan suci. Pernikahan, dan kemudian berhasil bergenerasi menjadi anak, wujud dari buah cinta dua insan manusia. Cinta ibu pada anaknya tak terbatas oleh ruang dan waktu, darah yang mengalir dalam tubuh anak adalah darah ibunya. Sendi, saraf, urat, dan susunan tubuh adalah buah hasil rahim ibunya. Cinta, bukan lagi sebatas cinta, sosok terdalam dari sebuah cinta adalah memberi, dan terus memberi. Tak cukup itu, pengorbanan hidup kadang rela diperjuangkan. Menderita sembilan bulan lamanya, mengandung, membawa ke mana pun berkelana. Tak pernah sedikit pun terbersit pikiran untuk mengeluh. Meskipun mengeluh, hanya Tuhan YME tahu. Tak ada hal yang paling di dambakan, hanya untuk mengharapkan buah cinta dalam rahimnya hidup dan sehat, tanpa penderitaan.
Remajaku dulu, cinta pun aku rasakan berubah. Waktu berangsur cepat. Bayangan cinta kepada ibu mulai terganti oleh sosok wanita. Ya! Lawan jenis, entah hormon apa yang sedang tinggi dalam darah hidupku, aku pun tak jelas tahu. Terangnya ada getaran rasa saat melihat lawan jenis wanita. Seperti begitu lazimnya, jalan berdua, makan berdua, saling komunikasi, dan saling dicinta dan mencinta. Akh, larut benar masa remaja dalam hubungan asmara. Romantis, dan berharap kepada Tuhan YME agar tidak lekas hilang dalam ingatan. Bagiku momen indah ini menjadi sejarah, dan bagian dari kehidupan diri. Menyesal kiranya orang-orang taat tak merasakan indahnya cinta masa muda, sangat muda dan merasakan hangatnya kemenangan dan kemegahan jiwa. Setidaknya ada yang mengisi, teman menghibur diri, dan bercerita ragam sejarah diri. Hingga mengerti arti dan makna cinta, adalah kasih sayang dua insan manusia.
Dewasa nanti, aku masih belum dalam tahapan indah ini. Tapi bayangan pun rasanya sah untuk mengharap, mendamba, mengimajinasi, khayal, seperti apakah kehidupan kedepan. Mendapatkan cinta berdua bersama sang kekasih hati, mengulang siklus dimana menjadi Orangtua dari anak-anak. Menjadi ibu dan bapak, mengasihi dalam bentuk keluarga harmoni. Dikemuli cinta, cinta hakiki dalam rumah tangga. Bahtera lautan bersama diarungi, berharap tujuan pun terpenuhi. Ya! Menjadikan generasi terbaik dari pribadi yang baik. Menggores tinta sejarah hidup, mengukir kenangan manis berdua, dan dengan anak-anak hasil buah cinta yang nyata. Tak ada yang lebih indah dari cinta keluarga, meski ada coba dan ujian. Menjadi benih baik dalam hubungan cinta keluarga. Deras hempasan ombak samudra tak menghalangi niat suci dari cinta itu.
Tua nanti, saat semua selesai diarungi. Masa suram pun muncul, dimana kelopak mata susah untuk dibuka, badan berat, dan tulang tak lagi kekar seperti remaja. Siklus cinta pun berubah, kedekatan pada sang Ilahi menjadi cinta masa tua. Mendekatkan diri, ingin memeluk Tuhan saat senja tua tiba. Tak ada pengharapan lain, selain merenung untuk di cintai pencipta yang Maha Kuasa. Terlebih saat sakit, saat semuanya terasa tak nyaman, bosan, saat semuanya serasa tak bearti. Hanya cinta Tuhan dan Rosul-Nya menjadi penenang dalam batin diri. Bermohon ampun, mengharap dosa kecil, remaja, dan dewasa di ampunkan oleh Tuhan pencipta segala yang ada. Pengada dari segala ketiadaan, dan merenung dalam ruang sempit di tempat tidur pembaringan, penuh ucap syukur dan istigfar. Tahu bahwa hidup Hakekat-nya adalah CINTA pada pencipta diri, ya! Tuhan.
Siklus cinta pun berubah, makna dan arti cinta pun berubah. Dinamis setiap waktunya, berbeda kebutuhannya, aku hanya akan menunggu gilirannya tiba. Aku masih dalam sepertiga perjalanan untuk menggapai cinta itu. Siklusku belum berhenti, belum lagi dimulai secara hakiki. Namun cinta perlu perjuangan, cinta perlu kepastian. Dan cinta harus memiliki, bagi mereka yang sedang patah hati, tak layak memiliki cinta. Akh, penghibur semata. Siklus cinta mu pasti mengalami perihal yang sama, semoga. Karena jika ada siklus yang terlewati, maka siklus cinta ada yang hilang dan kurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar