Sabtu, 30 Juni 2018

Taman Nasional Baluran

pict. silviananoerita.com
Aku, yang sedang bahagia karena bisa berjumpa, bertemu, dan berbagi kegemberiaan dengan ke-cinta-an yang jauh disana, susah bertemu. Hingga muncul prinsip baru, lama tak bertemu, pas ketemu tak lama. Awal kisah-ku bermula di hari Jumat, dua puluh dua Juni dua ribu delapan belas. Aku dan Silvi, sosok yang menginspirasi, sabaran, penyayang, tapi sekarang kadang mudah gak sepaham dengan-ku. Dan itu asik, kami melakukan ekspedisi ke wilayah timur di Provensi Jawa Timur. Niat untuk ke tempat wisata Taman Nasional Baluran sudah terencana indah sejak sebelum lulus sarjana. Entah karena alasan kenapa? hampir kurang lebihnya tiga tahun rencana itu baru terlaksana tertanggal duapuluh Juni duaribu delapan belas. Dan aku jadikan koreksi inti, kalau waktu belum sarjana dulu keuangan kami belum mencukupi untuk berlibur memacu sampai ke Taman Nasional Baluran. Dan yang lebih pasti lagi, karena Tuhan Yang Maha Kuasa belum mengijinkan aku dan silvi bermain, liburan di Taman Nasional Baluran.

Kamis, 21 Juni 2018

Mata Silinder


Siang ini, aku tuliskan prosa ku dengan tema yang mungkin banyak di ulas pada mesin pencarian google.com, dan hampir jutaan review yang memuat tulisan tentang apa itu mata silinder, gejalanya seperti apa, dan bagaimana resikonya, dampak kelanjutannya seperti apa. Dan semua pertanyaan itu menjadi sebuah kata kunci, yang hasil akhirnya jatuh pada inti dari mata silinder. Dan tentu orang yang mancari dengan kata kunci mata silinder, orang tersebut ada kelainan. Aku memang tidak terlalu mendalami ilmu kesehatan, yang merupakan salah satu bagian dari kesehatan tubuh manusia, adalah mata. Karena memang bagiku, mata sebatas pengelihatan, fungsi dan tugasnya tidak lain dan tidak bukan untuk menampilkan secara visual kepada otak. Itu saja, tugas dan fungsi utamanya, selama masih bisa dijalankan dengan baik, so problem. Tidak ada masalah, mungkin kalau ada gangguan seperti jarak pandang yang tidak bisa terlalu jauh, atau fokus terhadap suatu objek benda yang sangat susah. Bisa digunakan jalan untuk pergi ke dokter mata.

Aku menderita mata silinder, kalau kajian secara bahasa silinder itu ya Tabung, atau bagian ruang yang berbatas bidang lengkung dan dua bulatan yang sama besar. Tapi tentu yang dimaksudkan bukan itu artinya, karena kaitannya dengan mata. Tidak bisa terpisahkan dan diartikan secara bahasa satu persatu. Untuk pengertian hematnya, mata silinder memiliki istilah medis astigmatisme. Istilah ini yang mengacu pada kondisi mata yang mengalami pengelihatan kabur dan berbayang karena bentuk kornea atau lensa mata tidak lagi cembung sempurna. Lazimnya bagi penderita yang sedang mengalami mata silinder melihat bayangan kabur. Kalau aku baca penyakit mata sewaktu di biologi, ada rabun jauh dan ada rabun dekat. Kalau aku mengalami gejala dengan dua jenis rabun itu, nampaknya aku lebih pada rabun jauh. Tapi memang beda gejalanya kalau mata minus dengan mata silinder. 

Nampak aku rasakan meskipun berada dalam pandangan yang dekat, kalau sekilas aku lepas kacamataku nampaknya ada keburaman yang terjadi. Meskipun jarak pandang yang aku dapatkan bisa tergolong dekat. Sekitar empat puluh centimeter, dan nampaknya dari jarak pandang segitu aku melihat ada semacam bayangan putih yang ada, atau lebih tepatnya nampak buram. 

Senin, 18 Juni 2018

Buka Bersama Teman SMA

Budaya adalah kebiasan yang dilakukan dalam masyarakat secara berulang dan bernilai baik secara berkelanjutan. Setidaknya definisi sedikit yang bisa aku jelaskan berkenaan dengan budaya yang nanti akan masuk dalam cerita. Kalau budaya lahir dari sebuah kebiasaan, tentu buka bersama dalam bulan ramadhan merupakan wujud dari budaya sendiri. Pasalnya dengan adanya buka bareng maka ada nilai baik yang terkandung didalamnya, bisa nilai spritual atau keagamaan, nilai kebersamaan, dan nilai guyub rukun. Sebenarnya bila di eksplorasi lebih mendalam, ada nilai yang tersembunyi dibalik konotasi budaya. Tapi hanya sedikit yang saya gambarkan. Tentu karena dilakukan secara terus menerus maka melekat dan menjadi kebiasaan hidup meskipun tidak tertulis.

Kamis, 07 Juni 2018

Dari Poli THT, Hingga ke Poli Mata

Hari ini tertanggal, enam Juni duaribu delapan belas. Aku akan berbagi kisah nyata tentang apa yang aku alami seharian penuh di rumah sakit. semuanya berawal dari sakit ku yang aku sampaikan, dan sempat aku tulis tapi tidak cukup waktu untuk aku posting, tapi intinya sakitku yang aku derita karena kurang spesifik untuk menelaah seperti apa. Jatuh akhirnya setelah sekian tahun ketahuan akar dari permasalahan. Setidaknya itu simpulan yang aku dapatkan hari ini. Entah kedepan seperti apa? Akupun tidak cukup mengetahui.


Awalnya, tertanggal lima Juni duaribu delapan belas aku pergi ke puskesmas untuk mendapatkan rujukan ke rumah sakit. karena aku merasa tidak nyaman dengan kondisi yang aku alami, pertama hidung ku selalu mengeluarkan lendir alias influenza. Kedua, telinga berdering sebelah kiri disertai dengan berjalan bergoyang. Ketiga, batuk yang menyertai. Dan semuanya itu aku rasakan seperti tidak nyaman sekali.

Setelah mendapatkan rujukan, aku di diagnosis oleh dokter umum untuk dirujuk ke Rumah Sakit Umum, dan pilihanku ke rumah sakit waluyojati kraksaan. Dan pertama kali kesini sekitar bulan februari. Itu ke spesialis dalam, dan karena keluhan muntah dan mual akhirnya memutuskan ke rumah sakit yang sama. Dan setelah beberapa minggu, akhirnya sakit yang aku derita kemudian mulai meringan dan teratasi. Puji syukurku terhadap Tuhan YME. Karena atas karunia Dia semuanya bisa berjalan sedemikian hingga, sesuai dengan arahan dan keinginan jalur Tuhan ini. Semua aku jalani dengan senang dan tanpa ada sedikitpun rasa sedih. Dan tidak ada sebab yang melatar belakangi semuanya.

Jumat, 01 Juni 2018

Jangan Lihat Sampul

google.com
Kisah ini bermula dari seorang yang berkewarganegaraan asing datang pada sebuah bendara internasional untuk melakukan perjalanan dinasnya. Dia bernama Boy, saat itu, tapi akan menjelang siang hari, sekitar pukul sembilan. Boy ditemani asistennya bernama Rudi untuk membantunya membawakan koper bawaan dan ikut bersama melakukan perjalanan dinasnya.

Dalam perjalanannya sampai ke bandara tidak terjadi kendala sedikitpun. Boy saat itu menggunakan pakaian serba sederhana, dia tidak menunjukan sebuah identitas dirinya. Hanya ditemani dengan kemeja warna biru dengan sarung warna cokelat. Dan kontras dengan semua pengunjung yang ada di bandara, hanya Boy yang mengenakan sarung di dalam bandara.
Ditengah perjalanan ada kecurigaan dari keamanan bandara, mereka menganggap Boy adalah teroris ataupun penyelundup. Motif awal dari para penjaga keamanan hanyalah melihat bahwa dia menggunakan sarung ditengah tempat umum di bandara itu. Tanpa berburuk sangka, Boy tenang dengan asistennya yang selalu panik dan melihat alorjinya karena terlambat. Lalu mereka berdua segera mempercepat langkahnya untuk menuju ke loket bandara. Boy yang hanya ditemani oleh tas kecil yang diselempengkan pada bahunya berjalan di depan, dan mengikuti Rudi di belakang dengan menarik koper yang dibawanya.