google.com |
Kisah ini bermula dari seorang yang berkewarganegaraan asing datang pada sebuah bendara internasional untuk melakukan perjalanan dinasnya. Dia bernama Boy, saat itu, tapi akan menjelang siang hari, sekitar pukul sembilan. Boy ditemani asistennya bernama Rudi untuk membantunya membawakan koper bawaan dan ikut bersama melakukan perjalanan dinasnya.
Dalam perjalanannya sampai ke bandara tidak terjadi kendala sedikitpun. Boy saat itu menggunakan pakaian serba sederhana, dia tidak menunjukan sebuah identitas dirinya. Hanya ditemani dengan kemeja warna biru dengan sarung warna cokelat. Dan kontras dengan semua pengunjung yang ada di bandara, hanya Boy yang mengenakan sarung di dalam bandara.
Ditengah perjalanan ada kecurigaan dari keamanan bandara, mereka menganggap Boy adalah teroris ataupun penyelundup. Motif awal dari para penjaga keamanan hanyalah melihat bahwa dia menggunakan sarung ditengah tempat umum di bandara itu. Tanpa berburuk sangka, Boy tenang dengan asistennya yang selalu panik dan melihat alorjinya karena terlambat. Lalu mereka berdua segera mempercepat langkahnya untuk menuju ke loket bandara. Boy yang hanya ditemani oleh tas kecil yang diselempengkan pada bahunya berjalan di depan, dan mengikuti Rudi di belakang dengan menarik koper yang dibawanya.
Pihak keamanan yang cemas saling berkomunikasi dan berjaga untuk menangkap orang bersarung tersebut. Dan sesampainya di barisan antri, Boy seketika itu ditarik bahunya untuk keluar dari antrian loket. Dan otomatis Rudi ikut Boy dibawa pihak keamanan bandara. Dan dengan spontan, dengan ucapan yang keras pihak keamanan berujar, Passport? Lalu Boy dengan seketika mengambil passportnya di dalam tas yang ia kenakan. Dan anggota keamanan itu langsung menahan tangannya, khawatir yang akan dikeluarkan adalah senjata api.
“Passport!”
Keadaan mulai panik, dan ketika dibukanya passport, kemudian diambil passport itu oleh salah seorang pihak keamanan bandara, dan Boy juga Rudi diseret ke kantor keamanan Bandara.
Dengan sikap angkup beberapa anggota keamanan bandara menggeledah semua yang dibawa oleh Boy.
“Serahkan Tasnya?”
Kemudian mereka menyita tas, dan merogoh semua yang ada ditas guna penyelidikan. Tetapi tidak ditemukan sedikitpun barang-barang mencurigakan. Dan lantas dengan kejamnya petugas keamanan bandara mengambil bulpoint yang ada di saku Boy, dan diambilnya. Kemudian dilihat, lalu disimpan guna sebagai barang bukti.
“Buka Bajunya!”
Perintah dari petugas keamanan pun begitu keji kepada Boy, dan boy pun mengikuti apa yang menjadi perintah dari petugas keamanan. Boy lalu membuka kemeja biru yang dikenakannya, dan disana pihak keamanan tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.
Di lain tempat, Rudi juga digeledah. Di dekatkan dengan mesin deterktor logam yang di dekatkan disetiap bagian tubuhnya. Dan hasilnya, tidak terjadi apa-apa. Tidak ada barang berbahaya ataupun barang yang mencurigakan untuk dibawanya.
“Buka Sarungmu!” Perintah pihak keamanan bandara.
“Buka Sarungmu!”
Kedua kalinya, dan kemudian dengan wajah kesal tanpa perlawanan Boy membuka sarung yang dikenakannya untuk dibuka, dan untuk mengetahui barang bawaan yang dibawanya. Saat dibuka, ternyata tidak ada barang sedikitpun yang mencurigakan. Akhirnya pihak keamana bandara menyruh Boy untuk menenakan kembali seluruh pakaiannya. Sarung Cokelat dan Kemeja biru yang dikenakannya.
Sesaat itu rampung dipakai oleh Boy, kemudian dia diseret kedekat daun pintu jendela, yang disana ada tempat duduk guna untuk mendapatkan keterang, motif, niat, dan tujuan kebandara ini.
Dengan nafas dan perasaan lega, Boy duduk dengan tenang. Dari dalam kantor Boy melihat diluar jendela ada Gadis yang meminum susu putih, kental manis. Dan selang beberapa detik kemudian, gadis itu tersedak lalu seketika pingsan dan terjatuh di pinggiran jalan. Teman lelakinya panik, dan meminta tolong orang-orang sekitar. Dan tidak ada yang memperdulikan. Boy, melihat kejadian itu semua. Dengan tangkas Boy berbicara kepada pihak keamanan untuk menolong gadis yang pingsan akibat tersedak susu kental itu.
“Tolong, dia. Dia tersedak!”
“Duduk!”
“Mana Rasa kemanusiaan saudara? Tolong dia!”
“Duduk!”
Pihak keamanan menolak untuk menolong gadis yang berada diluar kantor itu, dan dengan seketika Boy yang rasa kemanusiaannya tinggi langsung mencari jalan untuk membantu Gadis yang tersedak susu kental itu. Dengan kemampuan bela diri Boy, pihak keamanan memaksa untuk duduk. Tetapi Boy memaksa bangkit, dan kemudian memukul perut salah seorang pihak keamanan bandara. Diambilnya borgol dari celananya. Kemudian dengan tangkas, Boy dapat tangan seorang pihak keamanan. Dan pihak keamanan lainnya muncul ikut membantu, dengan tanggap Boy langsung mengambil borgol satunya dan dikenakan pada pihak keamanan lain itu. Begitu taktis dan lincah, sehingga kedua pihak keamanan itu langsung tergeletak di atas lantai dengan kondisi keduanya terborgol. Datang lagi pihak keamanan lainnya, seketika itu, di dorong kursi yang ada didekatnya. Hingga menimpuk badan dari seorang keamanan bandara tadi. Setelah terjatuh, kemudian Boy lari mencari Jalan keluar. Dan ketika itu pula Langsung di bunyikan alarm tanda adanya penyusup dalam bandara.
Beberapa orang lainnya mengejar dengan buasnya. Dengan kelincahan larinya, Boy mampu menyelip-selip diantara banyak orang-orang yang berlalu lalang di dalam bandara. Dengan gesitnya, walaupun menggunakan sarung, ia tetap mampu berlari lincah dan cepat. Kemudian di belakang, sekitar berjarak satu setengah meter Boy meloncat, dan membalikan bawaan bapak Tua yang ada didepan guna untuk menghalangi langkah dari pihak keamanan bandara yang sedang mengejarnya. Kemudian dia langsung terpental dengan barang bawaan yang bapaj tua tadi bawa. Kesempatan itu digunakan oleh Boy untuk terus berlari secepat mungkin ke tempat Gadis yang tersedak meminum susu kental tadi.
Kelincahan Boy begitu mempersona, dan Boy dengan cepat mengambil sedotan dari anak laki yang meminum jus. Dan Mengambil kartu Id dari kaca di dalam Bandara. Dengan terus berlari, kemudia Boy tiba di depan gadis yang sedang tersedak tadi. Semua kondisi diluar bandara seketika panik, dengan kemunculan beberapa aparat keamanan bandara yang menodongkan pistol kepada Boy. Lantas Boy dengan sigap berteriak. Aku Dokter-Aku Dokter-Aku Dokter. Beberapa kali dia ucapkan untuk meyakinkan para warga yang sedang berkerumun disana. Dengan segera, Boy mengiriskan id card dari kaca itu pada bagian tenggorokan gadis yang pingsan tadi, dan kemudian setelah berlobang, dengan kucuran darah yang deras. Di sedot susu kental itu, dan seketika itu gadis yang pingsan tadi langsung bernafas kembali dan muntah darah. Akhirnya dia bisa siuman dan bernafas dengan lega. Boy meminta tissue dari warga yang ada disekitar.
“Tissue!”
Beberapa saat ada yang telah hadir untuk memberikan tissue kepada Boy. Di tekan leher yang telah dilukai itu untuk menutup pendarahan yang terjadi. Dan dengan segera, dokter dari bandara datang dan melihat kejadian itu. Kemudian dokter bandara terkejut. Hai, Dokter Boy.
“Terimakasih sudah menyelamatkan nyawa dari gadis ini!”
“sama-sama, sudah menjadi tugasku sebagai dokter untuk menyelamatkan nyawa pasien yang sedang membutuhkan”
Kemudian, gadis itupun berterimakasih kepada dokter Boy yang baru dikenalnya.
“Terimakasih dokter boy, Berkat kamu aku bisa selamat dan bernafas lagi, Bagaimana akibatnya jika tidak ada bantuanmu? Entah nyawaku bisa diselamatkan atau tidak?
“Tak apa, tenang saja. Sekarang kamu ikut ke poli terdekat untuk segera mendapatkan tindakan kesehatan medis.”
Seketika itu, seluruh pengunjung bandara riuh dengan kejadian yang ada. Mereka memberikan aplaous sebagai bentuk rasa terimakasihnya karena telah menyelamatkan seorang gadis yang sedang tersedak susu kental. Pihak keamanan pun yang tadinya curiga terhadap dokter boy, kemudian berbalik simpati kepada Dokter Boy.
“Mohon maaf, kami salah menilai anda!”
“Tidak apa-apa, semua wajar.”
“Ini bulpoin dokter, yang aku rampas tadi”
Kemudian, pihak keamanan itu menaruh bulpoin dokter Boy pada saku kirinya seperti sedia kala. Sambil menepuk bahu kanannya.
“Terimakasih!”
“Sama-Sama, Dokter”
Pihak keamananpun memberikan hormat, sebagai imbalan warganegara asing yang ada di negara lain ikut membantu negaranya menyelamatkan penduduk yang belum dikenalnya. Dan semua dikembalikan, dengan perasaan sama-sama tidak bersalah, dan Rudi dibebaskan dari segala tuntutan tanpa ada penghukuman sedikitpun. Akhirnya Dokter Boy dan Rudi melanjutkan perjalanannya untuk menuju ketempat dimana mereka ditugaskan. Rudi yang tadinya panik dengan keterlambatan, seketika kemudian kagum pada dokter yang selama ini ia kenal. Ada rasa kebanggan dari dalam diri Rudi yang tidak bisa tergambarkan oleh kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar