Siang ini, aku tuliskan prosa ku dengan tema yang mungkin banyak di ulas pada mesin pencarian google.com, dan hampir jutaan review yang memuat tulisan tentang apa itu mata silinder, gejalanya seperti apa, dan bagaimana resikonya, dampak kelanjutannya seperti apa. Dan semua pertanyaan itu menjadi sebuah kata kunci, yang hasil akhirnya jatuh pada inti dari mata silinder. Dan tentu orang yang mancari dengan kata kunci mata silinder, orang tersebut ada kelainan. Aku memang tidak terlalu mendalami ilmu kesehatan, yang merupakan salah satu bagian dari kesehatan tubuh manusia, adalah mata. Karena memang bagiku, mata sebatas pengelihatan, fungsi dan tugasnya tidak lain dan tidak bukan untuk menampilkan secara visual kepada otak. Itu saja, tugas dan fungsi utamanya, selama masih bisa dijalankan dengan baik, so problem. Tidak ada masalah, mungkin kalau ada gangguan seperti jarak pandang yang tidak bisa terlalu jauh, atau fokus terhadap suatu objek benda yang sangat susah. Bisa digunakan jalan untuk pergi ke dokter mata.
Aku menderita mata silinder, kalau kajian secara bahasa silinder itu ya Tabung, atau bagian ruang yang berbatas bidang lengkung dan dua bulatan yang sama besar. Tapi tentu yang dimaksudkan bukan itu artinya, karena kaitannya dengan mata. Tidak bisa terpisahkan dan diartikan secara bahasa satu persatu. Untuk pengertian hematnya, mata silinder memiliki istilah medis astigmatisme. Istilah ini yang mengacu pada kondisi mata yang mengalami pengelihatan kabur dan berbayang karena bentuk kornea atau lensa mata tidak lagi cembung sempurna. Lazimnya bagi penderita yang sedang mengalami mata silinder melihat bayangan kabur. Kalau aku baca penyakit mata sewaktu di biologi, ada rabun jauh dan ada rabun dekat. Kalau aku mengalami gejala dengan dua jenis rabun itu, nampaknya aku lebih pada rabun jauh. Tapi memang beda gejalanya kalau mata minus dengan mata silinder.
Nampak aku rasakan meskipun berada dalam pandangan yang dekat, kalau sekilas aku lepas kacamataku nampaknya ada keburaman yang terjadi. Meskipun jarak pandang yang aku dapatkan bisa tergolong dekat. Sekitar empat puluh centimeter, dan nampaknya dari jarak pandang segitu aku melihat ada semacam bayangan putih yang ada, atau lebih tepatnya nampak buram.
Awalnya gejala ini tidak aku rasakan, memang awalnya sering mengalami mata kering. Mudah lelah, dan lesu saat membaca buku. Aku pikir itu mungkin karena kelelahan fisik semata, dan gejala itu tidak aku rasakan. Sempat bertemu bulek, dan beliau bilang kalau saat membaca buku pada usia produktif seperti aku ini, dan beberapa saat merasa kelelahan saat membaca lebih baik diperiksakan ke dokter mata. Tapi aku abai dengan saran itu. Dan aku pikir bukan masalah yang serius, seperti ungkapan narasi yang awal aku tuliskan. Hidup hanya demikian saja, memang terlalu tua dan dewasa kalau berbicara tentang mati, karena usiaku masih terpaut dan terlalu muda untuk menjelaskan lebih detail konsep dari mati itu sendiri. Masih banyak ambisi, dan tujuan-tujuan dari hidup yang belum terpenuhi.
Pertama, membaca mudah lelah, tentunya kurang konsentrasi saat membaca buku. Karena memang aku sebagai mahasiswa, pelajar, dan masih bersekolah. Tentu kegiatan membaca bukan menjadi barang baru, dan memang harus kuat untuk membaca demikian banyaknya buku. Bagiku itu bukan menjadi rintangan untuk membaca, terlebih lagi urusan menulis. Seperti sekarang ini, kalau tidak aku gunakan untuk menulis, lantas buat apa arti dari hidup. Hanya omong kosong belaka, banyak orang yang gemar berbicara panjang, lebar, dan narasi saat berbicara seolah berisi. Dan pada saat dihadapkan dengan laptop dan tulisan, maka hasilnya paling hanya berberapa lembar saja sudah pikun dan blank dalam otaknya. Karena bagiku, menulis adalah konsep teratas untuk berpikir secara sistematis dalam otak. Selain merangkai, dia juga menyusun, dan bagaimana memproses untuk pembacanya lebih aktif dan penasaran pada tulisan dibawahnya. Kalau kaku, cenderung normatif, maka bukan barang baru meninggalkan tulisan pada tumpukan sampah saja. Selebihnya biar sejarah dan orang berkepentingan membacanya, karena tulisan yang tidak bermakna.
Kedua, saat malam hari terlihat blur atau buram yang sangat-sangat. Jadi buat aku yang bermasalah dengan mata, dan memiliki kelainan mata silinder. Sejatinya saat berada dalam kondisi yang kurang cahaya nampak seperti dalam kegelapan yang sesungguhnya. Itulah kenapa aku lebih suka dalam cahaya yang terang dulu, karena mungkin mata aku yang mengalami silinder. Dan dengan cahaya lampu yang terang aku merasa tenang dan nyaman. Mungkin, saraf-saraf mata pada otak merespon keterangan itu. Bukan aku takut gelap, tapi angka pusing tidak berlebih jika berada dalam kondisi terang. Dan setelah aku mendapatkan resep berupa kacamata yang sedang aku gunakan sekarang, malah lebih nyaman. Artinya pencahayaan minim dan berjalan dalam gelap sekalipun nampak lebih jelas dan terang. Itulah mungkin tabung dalam mataku sudah tidak lagi stabil, hasilnya merespon cahaya minim malah menjadi seperti buram.
Ketiga, melihat cahaya terang pada laptop ataupun ponsel lebih silau. Inilah yang bisa aku jelaskan, entah gejala sama dengan mata minus ataupun plus. Pastinya, aku sebagai penderita mata silinder lebih nyaman dengan kacamata, dan lensa mata ini membantu membiaskan pantulan sinar yang begitu cerah dan terhadap mata. Dan semacam ada pembiasaan dari kacamata, tapi kalau disorot langsung dengan senter larinya tetap silau.
Keempat, kurang terbiasa dengan menggunakan kacamata sehingga pada saat makan ataupun beraktifitas fisik agak susah karena terganggu. Tapi hal ini tidak berlangsung lama. Karena kurang percaya diri dan minder, sehingga dengan menggunakan kacamata seolah seperti ada yang berbeda dalam tubuh kita. Tapi yang keempat bukan gejala, cuman untuk pembiasaan bagi yang baru menggunakan kacamata, semua jenis kacamata aku rasa merasakan hal yang sama. Perlu adaptasi, kurang lebih satu minggu.
Hanya sedikit berbagi pengalaman dari mata silinder, ini prosa lahir dari cerita pribadiku. Tidak ada tambahan atau embel-embel yang lainnya. Sehingga kalau kalian ingin mencari hal ilmiah dari tulisanku tidak didapatkan, hanya sekedar pengalaman yang sejatinya aku alami dan aku menikmatinya sampai hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar