Kecerdasaan seseorang itu bisa diukur dengan cara test. Karena cara yang paling mudah untuk mengukurnya secara kongkrit hanyalah dengan test. Jarang kita temui dalam mengukur kecerdasaan seseorang dengan menggunakan indikator non-test. Sebut saja kecerdasaan sosial, paling mudah dengan membuat soal-soal test yang berkaitan dengan soal sosial. Kalau non-test butuh waktu lama untuk mendapatkan tingkat keakuratan tinggi.
Kecerdasaan bisa kita hitung sendiri, contohnya; seperti apa kemampuan diri kita? Sejauh mana pemahaman akan suatu materi? Jelas terekam dengan cara kita mau untuk berperilaku jujur pada diri. Menilai sejauh mana kemampuan itu bisa kita taklukan? Akan tetapi bisa tertutup dengan ada rasa kepercayaan diri yang berlebih sehingga timbul sifat sombong dalam diri. Dan itu yang menjadi kendala dalam menilai pribadi dan untuk meraih masa depan yang lebih baik. Karena ke tutup dengan sifat buruk sehingga tidak mampu mengembangkan dengan baik potensi diri tentang kuat dan lemah sifat dalam diri.
Peluang itu ibarat keadaan yang hanya sekali datangnya, dan kadang kala tidak timbul setiap hari. Disinilah kecerdasaan perlu dan sangat penting digunakan untuk memecahkan peluang yang ada. Karena peluang sederhananya hampir mirip dengan kesempatan. Tinggal bagaimana kita sebagai manusia yang berpikir kemudian bisa membaca kesempatan sebagai peluang yang baik. Membaca peluang yang baik tidak hanya sebatas angan kosong, akan tetapi ada strategi, teknis, prosedur dan taktiknya untuk menembus peluang itu. Percaya atau tidak? Hanya yang pandai membaca peluang bisa lolos seleksi.
Membaca peluang memang tidak mudah, kadang banyak benturan yang akan dihadapi. Entah tekanan dari benak diri, ataupun tekanan dari keluarga juga lingkungan luar. Karena kita sebagai manusia sangat rentan terhasut, percaya ataupun tidak itulah sisi psikologi kita. Karena alam bawah sadar menuntun kita untuk berpikir mundur dan takut untuk melangkah. Itu yang aku katakan sebagai kotak pandora, yang untuk membukanya membutuhkan tenaga yang super kuat. Sehingga itulah sosok sejati dari alam bawah sadar kita. Lalu, bagaimana kita bisa bangkit untuk melawan keadaan yang dinamakan kotak pandora tadi.
Membaca peluang ibarat mencari jarum ditumpukan jerami, sangat sulit untuk ditemukan. Akan tetapi bisa dirasakan, dan semua bergantung dari cara seseorang membaca peluang. Tinggal bagaimana cara yang akan kita gunakan untuk lebih tepat mencari dan menemukan jarum dalam tumpukan jerami. Nah, jarum itu yang kita ibaratkan sama halnya dengan peluang.
Seleksi itu untuk memilih siapa yang layak dan berkualitas untuk menempati suatu jabatan tertentu. Karena kecerdasaan, kepandaian, dan kompetensi yang melekat pada dirinya. Sehingga seleksi itulah yang paling tepat digunakan untuk mendapatkan bentuk yang paling ideal. hal itu sejalan dengan seleksi di calon pegawai negeri sipil. Karena akhir-akhir ini berita dalam mesin pencarian google yang sangat banyak di cari adalah cpns. Percaya atau tidak, masyarakat kita masih minat untuk mendapatkan profesi sebagai pegawai negeri. Alasannya sederhana, meskipun sedikit penghasilannya tapi konsiten. Artinya tidak terlalu menderita, juga tidak terlalu berlebihan. Bisa diartikan pegawai negeri adalah profesi dalam katagori menengah keatas. Mungkin anggapan sebagaian masyarakat kita menganggap demikian sehingga masih banyak menjadikan cpns sebagai sesuatu yang mewah.
Aku sebenarnya ingin mengungkapkan sesuatu bahwa membaca peluang yang akan dikaitkan dengan cara mendapatkan profesi sebagai PNS. Lewat jalur seleksi, dan test akan kecerdasaan seseorang. Nah, disinilah guna dari membaca peluang, karena sejatinya orang yang pandai membaca peluang adalah orang yang beruntung. Sehingga kalau kita membaca kondisi yang ada di hari ini, tentu akan dihadapkan dengan pesaingan yang super ketat. Seleksi yang begitu sangat bersaing, selain bersaing dalam kecerdasaan juga bersaing dalam membaca peluang. Secara teknis mudah saja menjelaskan. Indonesia kondisinya cukup tidak merata, kebayang. Hanya di negara Indonesia bagian barat yang sangat maju dalam segala aspek kehidupan. Terutama dan terlebih di Jawa. Apa yang tidak ada di Jawa? Semua tersedia. Begitu seterusnya, menjadi sebuah kilat (red; sambaran) dari peradaban yang ada di Negara Indonesia. Sehingga tanah jawa adalah tanah dengan tingkat persaingan tingkat tinggi dan super ketat. Lantas seperti apa membaca peluang itu?
Membacanya adalah dengan cara sadar diri, sadar kemampuan, sadar akan segalanya. Kalau memang peluang yang ditempati banyak peminat, maka kita akan lebih mudah tersingkirkan. Realitis saja, pendaftar seratus berbanding satu dengan sepuluh berbanding satu akan lebih mudah sepuluh berbanding satu. Itulah yang dinamakan membaca peluang. Bagaimana cara untuk men-siasati? Dengan cara mundur dari peluang yang kecil dan mencari peluang yang lebih besar. Ngapain juga kita lelah mencari kran air yang jelas-jelas buntu untuk mandi? Nah. Aku akan mencoba peruntungan dari strategi ini.
Karena namanya kesempatan mustahil datangnya dua kali. Jarang-jarang akan datang hal demikian. CPNS merupakan hal yang mewah dibenak masyarakat. Oleh karena itu aku yang mengenyam pendidikan, besar, dan lahir di tanah Jawa rela untuk mencoba peruntungan mendaftarkan diri ke CPNS di luar Jawa. Formasi yang kupilih tetap pada jabatan guru. Karena secara pendidikan-ku adalah guru. Dan itu yang menjadi keinginan dan arahan dari orangtua. Aku akan mencoba membaca peluang di Nusa Tenggara Barat. Entah itu di lombok, ataupun di Bima sana. Yang jelas aku mencoba membaca peluang ke tanah luar Jawa, siapa tahu menjadi salah satu bagian di dalamnya. Beruntung kemudian menjadi PNS. Aamiin~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar