Kamis, 13 September 2018

Mengajar Butuh Persiapan

Guru ataupun dosen hampir memiliki kemiripan. Hanya berbeda dalam beberapa hal yang sifatnya teknis. Misalnya; guru mengajar di sekolah, sedangkan dosen di kampus. Tapi jauh dari perbedaan yang teknis itu, jauh lebih banyak kemiripan.

Perencanaan diperlukan, utamanya dalam mengajar. Karena bisa menjadi bencana jika kita tidak mempersiapkan apa-apanya dalam mengajar. Sekalipun telah mahir dan jam tayang yang banyak, akan tetapi persiapan dan perencanaan tetap dibutuhkan. Sederhana memang, tapi perihal ini yang menjadi faktor utama dari keberhasilan saat melakukan proses pembelajaran.
Kadang kita lalai dan abai dengan persiapan. Cuman sebatas ada dalam angan dan pikiran, seperti ini dan seperti itu yang aku akan lakukan saat mengajar. Dan apabila kita tidak memiliki dasar yang kuat berupa perencanaan maka berakibat fatal. Ada beberapa alasan kenapa aku katakan fatal, pertama. Tidak ada fokus dalam proses pembelajaran. Kedua, tujuan dalam pembelajaran tentu tidak jelas. Ketiga, metodologi dan strategi yang akan digunakan pun terbilang hanya hal-hal lumrah. Disini yang menjadi kerugian bagi siswa ataupun mahasiswa.

Manusia terdidik pasti mengenal dengan istilah agenda setting. Disinilah yang menentukan saat kita melakukan sesuatu, ada pengaturan di setiap hal dan tindakan. Kesiapan menjadi kunci awal dalam mengajar. Baik itu tujuan untuk ketercapaian proses pembelajaran, ataupun perangkat yang digunakan untuk mempersiapkan capaian-capaian nyata dalam proses pembelajaran. Sebab sejatinya pendidik butuh yang namanya belajar. Dan itu tidak pernah berhenti, karena pendidik menggunakan akal dan pikirannya untuk dituangkan dalam bentuk gagasan juga idea kepada siswanya. 

Strategi penting untuk menjadi point utama dari persiapan guru. Kadang kala kita sebagai guru sering kali lalai dalam proses pembelajaran. Dan jatuh intinya semacam meremehkan, karena sudah terbiasa dengan suasana yang begitu saja. Akhirnya tidak ada inovasi dan kreativitas dari guru. Korbannya tidak lain adalah mahasiswa, karena sejatinya kita mendidik bukan macam binatang. Akan tetapi manusia, menjadikan manusia menjadi manusia yang sebenarnya manusia. bingung gak tuh? 

Tingkat keberhasilan dari seorang guru mengajar dalam kelas adalah bagaimana strategi yang digunakan. Misal, strategi yang digunakan hanya sebatas dengan ceramah dan penugasan, maka hasil akhirnya hanya sebatas lazimnya siswa dulu. Tak meningkat dan hanya serapan dari ceramah dari guru. Kalau guru pandai dalam berimprovisasi dalam ceramah mimbarnya bagus, maksudnya lumayan bisa diterima oleh siswa. Yang menjadi kendala serius adalah, guru yang dalam menyampaikan isi materi yang buruk. Sehingga lebih sukar untuk dipahami maksudnya oleh siswa. Akhirnya hanya mampu menilai dari segi penugasan belaka.

Dominannya, penugasan tidak begitu efektif untuk menetukan tingkat kompetensi dari siswa. Kenapa aku katakan demikian? Karena lazimnya siswa hanya berpatok kepada hal menyontek, artinya mengantungkan diri kepada teman yang pandai dikelasnya. Itulah yang menjadikan buruknya tingkat pendidikan kita.

Kalau ditanya salah siapa? Tidak ada yang berhak menyalahkan, guru aku katakan memang butuh kesiapan. Tapi disamping itu, siswa harusnya juga memiliki kesiapan. Guna menjadikan pertanyaan kepada siswa dirumah untuk di pecahkan dalam kelas. Karena kebanyakan dari siswa hanya sebagai pengikut, dan menyimak apa yang disampaikan oleh guru dalam kelas. Menerima tanpa ada rasa penasaran, kalaupun ada hanya terbangun dalam angan-angan.

Media menjadi salah satu catatan juga untuk mengulas dari persiapan guru dalam mengajar. Karena tidak mungkin guru bisa mengajar dengan baik, tanpa didukung dengan media yang baik pula. media yang dimaksudnya buka berarti media internet, akan tetapi media apa saja yang bisa digunakan untuk menghantarkan maksud dari materi di setiap kompetensinya kepada siswa. Inilah yang penting.

Contoh sederhana, membahas tentang mencangkok tanaman. Maka media yang dibutuhkan adalah batang tanaman, tanah, tali, dan serabut batok kelapa. Setidaknya itu hal yang utama diperlukan. Selebihnya ada yang namanya langkah dalam pembelajaran, gunanya untuk lebih sistematik dalam menyampaikan media yang akan di sampaikan kepada siswa.

Jadi itu lah sukarnya menjadi guru, kalau hanya sebatas mengajar dengan gaya abal-abal, bisa saja. Akan tetapi aku tidak begitu yakin untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, terlebih untuk mencapai tujuan-tujuan dalam kompetensi. Terlalu jauh kalau hanya berpacu kepada tatap muka model konvensional tanpa adanya kesiapan dari guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar