Rabu, 21 November 2018

Muda dan Politik

Siapa dari kita yang tidak pernah mengenal anak muda? Kata Haji Roma Irama, masa muda; masa yang berapi-api. Mungkin bang Haji ingin mentafsirkan anak muda sebagai sosok yang membara. Artinya berani melakukan resiko, tanpa memikirkan akibatnya. Apa yang di inginkan harus di capainya, di raihnya, di milikinya dalam waktu singkat. Sebab dalam diri anak muda terkumpulan hasrat yang tinggi. Belum lagi kurang pengalamannya, jadinya anak muda tidak berpikir ulang akan tindakannya.



Politik bagi anak muda bukan hal yang di sukai. Aku sendiri termasuk bagian yang tidak menyukai politik. Asalannya sederhana, pertama; manfaat apa yang akan diperoleh untuk anak muda? Kedua; bagaimana menjalankan program untuk kedepannya? Adakah policy yang memihak bagi kaum muda?. Karena anak muda akan lebih mengedepankan akalnya, tidak lagi ada politik praktis. Lebih lagi politik uang, bagi anak muda tidak berpengaruh lebih. Aku sendiri jadi pesimis, karena tingkat pengetahuan anak muda yang semakin tinggi. Sehingga jadi kondisi chaos dalam sistem demokrasi. Akarnya adalah, anak muda lebih beranggapan politik hanya untuk kepentingan, politik untuk golongan, dan politik hanya untuk segelintir partai. Jauh dari pengertian terdalam sistem demokrasi, sehingga melahirkan ketidakpercayaan. Terlebih dengan apa yang akan di janjikan oleh pemimpinnya. Lebih lagi di zaman serba digital, era keterbukaan, bukan lagi hal yang awam. Terlebih anak muda, yang hampir setiap saat tidak pernah lepas dengan internet di gengaman tangannya. Menurutku, anak muda akan lebih pandai dalam menggunakan aplikasi-aplikasi terbaru di zamannya.

Teknologi, seperti Smartphone yang sekarang semakin mudah dibeli dan didapatkan. Akan mendorong perkembangan pengetahuan digital, dan lebih diminati oleh anak muda. Terlebih di tambah provaider atau jasa pelayanan operator jaringan yang memberikan kuota internet besar dan cepat. Akan menjadikan peluang bagi anak muda menyadari sejauh mana info yang berkembang di dunia maya. Karena sebagian dari kehidupan anak muda tidak hanya di dunia nyata, sebagian besar kehidupan yang digelutinya adalah di dunia maya. Artinya keberadaan anak muda tidak bisa dilepaskan dengan smartphone mereka. Eksistensi dalam dunia maya menjadi kebutuhan. Setiap kejadian di lampirkan dan termuat dalam media sosial. Aku menuliskan beberapa unsur, tentang anak muda dan politik. Ulasannya akan aku sampaikan dibawah ini.

Pertama; Anak muda bagiku adalah sosok manusia yang nyinyir, serba kritik. Terlebih dalam hal yang nyentrik, tidak lazim dan penyebar issue. Hampir kebanyakan anak muda kita suka menulis dan mempublish tulisannya pada kolom komentar media sosial. Sangat mudah bagi mereka, hanya bermodal jempolnya menuliskan kritikan, dan bahkan hujatan. Disinilah timbul sisi negatif dan positif dari anak muda yang berapi-api. Kadang kurang pandai dalam memendam emosi, terpancing dan mudah terbawa arus. Tapi di lain sisi, dengan begitu anak muda akan membuat nilai  baru. Timbul kreativitas dalam bentuk tampilan gambar lucu, meme. Bisa pula berinovasi dengan menggunakan infografik. Ada pula gambar yang diberikan tulisan guna memprovokasi. Anak muda selalu berinovasi dalam kebaruan yang berupa perangkat digital.

Kedua; anak muda di dekati dengan mengetahui hobby yang diminati. Inilah peluang dari banyak elit politik untuk mengetahui keinginan dari anak muda. Dengan pendekatan hobby, maka kita bisa menarik suara dari anak muda. Hobby menulis di blog. maka pendekatan yang dilakukan adalah memberi lomba-lomba tulisan blog. Hobby memancing, di dekatin dengan cara ikut turun memancing. Hobby olahraga, bisa di dekati dengan cara tergabung langsung berolahraga. Pendekatan hobby menarik untuk di coba. Kalaupun kita tidak bisa dekat langsung dengan anak muda, bisa dengan menampilkan hobby kekinian yang sedang diminati. Sebut saja dalam berpakaian, kalau anak muda suka berpakaian dengan jaket levis, bisa dicoba untuk ikut menggunakan jaket levis. Meskipun awalnya banyak kritikan, dari situ akan timbul sosok yang mengikuti perkembangan zaman.

Ketiga; cara komunikasi menjadi point selanjutnya. Unik bagiku untuk menuliskan ini. Anak muda lebih banyak berinteraksi dengan cara komunikasi lewat media sosial. Sebut saja facebook, instagram, dan twitter. Disinilah peluang untuk menampilkan komunikasi yang baik, percaya ataupun tidak. Pemimpin yang senang membalas pesan kita secara langsung lebih di minati. Karena bagi anak muda di respon oleh figur yang disukai akan menjadikan model dalam dirinya. Lebih lagi hal-hal yang tidak terduga, diselingi dengan guyonan ala-ala anak muda. Maka fans akan terbangun dengan sendirinya. Hari ini nampaknya, anak muda tidak suka dengan cara komunikasi yang serba formal, old dan membosankan. Seperti misalnya, “bahwa dengan demikian”, adalah cara komunikasi yang salah. Dan bisa jadi itulah menjadi jurang penghambat dari anak muda sekarang, dengan pemimpin pemerintahan. Prosedur formal, dan aduan yang formal. Ceplas-ceplos bagi anak muda adalah cara yang diharapkan. Kadang menggunakan bahasa lokal menjadi cara terbaik untuk berkomunikasi.

Keempat; berbicara tentang harapan. Anak muda berpikir idealis. Berpikir tentang pengharapan kedepan akan dirinya. Artinya seberapa keberpihakan antara program terhadap anak muda. Bukan hanya realitas dan fakta yang di tampilkan, akan tetapi pengharapan yang baik bagi anak muda. Sebut saja lapangan pekerjaan, ekonomi yang lebih baik, pendidikan, dan penegakan HAM. Mungkin pengharapan kehidupan yang lebih sejahtera di idam-idamkan. 

Empat unsur inilah yang mestinya kita bangun bersama, untuk menjadi narasi politik. Karena anak muda adalah kekuatan, anak muda adalah peluang. Tua bukan penghalang untuk berpikir muda. Kadang terlalu takut menjadi muda akan menjadi jurang terbesar kita. Utamanya dalam menjalankan politik negara. Buat politik bagi anak muda adalah pengharapan, jadikan politik bagi anak muda untuk cita-cita bersama. Karena muda tidak boleh takut untuk berpolitik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar