Sabtu, 17 Juni 2017

Viral Nama Gajah Mada menjadi GAj Ahmada

Fenomena yang terjadi pada pertengahan bulan Juni adalah isu yang menyomot nama besar Mahapatih dari kerajaan Majapahit. Sempat viral dan menjadi salah satu tranding topik di twitter pada hari jum’at 16 juni 2017. Memang menghebohkan, karena lazimnya kita dengar bahwa kerajaan Majapahit pernah memiliki Mahapatih yakni Gajah Mada dengan Sumpah Palapa untuk menyatukan Nusantara. Berangkat dari tulisan opini Arif Barata yang membuat geger sebagian besar akademisi, karena keterkaitannya Patih Gajah Mada dengan Agama Islam di Indonesia. Menurut artikel yang di tulis Arif Barata, kalau Patih Gajah Mada dan Kerajaan Majapahit menganut Agama Islam. Lalu menurut hemat saya, dalam artikel yang dimuat banyak kekeliruan. Pasalnya hal yang paling fundamental ialah mencomot nama besar Mahapatih Gajah Mada seolah menjadi nama islamis GAj Ahmada. Terang sekali kalau isu dibalik dari artikel tersebut ialah menggemborkan bahwa bangsa negara kita ialah bangsa negara Islam dari sejak awal masa kerajaan.


Sepanjang pengetahuan saya tentang sejarah Majapahit, tidak pernah diajarkan ataupun tertulis dalam buku kalau Gajah Mada nama Aslinya GAj Ahmada. Merupakan sebuah kebohongan yang merusak keilmuan sejarah, sudah barang benar kalau kerajaan Majapahit menganut Agama Hindhu. tidak terbantahkan dan tidak perlu untuk dibantahkan. Kerajaan yang besar di Jawa Timur menjadi sebuah simbol kebudayaan bangsa Indonesia. Hari ini, saya melihat banyak sekali isu yang mengatas namakan Agama Islam. Hingga sesuatu hal yang ilmiah dan final pun bisa digiring menjadi isu dan liar seperti sekarang. Lucunya lagi, ada sebagian dari mereka yang percaya benar bahwa nama sebenarnya dari Patih Gajah Mada adalah GAj Ahmada. Sepanjang saya ketahui bersama, Patih Gajah Mada tidak menggunakan sorban ataupun pakaian syar’i dengan gamis dan tasbih yang digunakan sepanjang hidupnya. Saya pernah berkunjung di Trowulan Mojokerto tidak ada satupun patung Patih Gajah Mada yang menggunakan pakain dengan nuansa Islamis. Malah sebaliknya, Patih Gajah Mada yang berbadan kekar dan atletis dalam patungnya tidak menggunakan pakaian atas. Riasan yang digunakanpun berupa riasan dan pakaian Hindhu dan Kejawen. Artikel yang membuat kalau uang logam yang digunakan semasa Kerajaan Majapahit menggunakan tulisan “Laillahaillallah” sudah barang tentu bohong, nyatanya tulisan yang digunakan Kerajaan Majapahit adalah Huruf Pallawa. Kebohongan artikel selanjutnya, kuburan tempat disemayamkannya Patih Gajah Mada di Mojokerto. Mengenai kuburan Patih Gajah Mada tidak ada yang tahu persis dimana letaknya, hampir sejarahwan mengatakan Kuburan dari Patih Gajah Mada ada di Jawa, dan ada pula yang mengatakan berada di Sumatera. Dan yang terpenting, tidak ada tulisan dalam kuburan Majapahit yang bertuliskan “Laillahillallah Muhammad Rosul Allah”.


Pendapat saya menuju pada sebuah simpulan, kalau fenomena yang ada menggiring kita untuk menghilangkan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Karena fakta sejarah yang  sepengetahuan saya pahami, setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, beralih pada kerajaan Islam. Masuk melalui perdagangan hingga pada mendirikan sebuah kerajaan. Inilah peran dari Wali Songo yang jelas kita ketahui bersama. Wali Songo banyak meng-Islam-kan umat Hindhu pada massa Kerajaan Majapahit. Wali Songo identik dengan NU, apalagi di Jawa Timur yang dahulu menjadi pusat dari pemerintahan Kerajaan Majapahit. Hal ini menjadikan sebagian umat Islam yang berbeda cara pandangnya dengan NU, membuat isu yang tujuannya ialah melunturkan semangat kebangsaan kita. Merongrong kalau Islam yang sebenarnya ialah Islam yang dibawa langsung dari negara Islam. Saya sebagai muslim dan bagian  dari bangsa Indonesia, menyadari fenomena tersebut tidak lepas dari kepentingan propaganda politik, dan keinginan dari sebagian kelompok orang untuk melunturkan semangat kebangsaan. Hari ini, hampir setiap isu yang berkembang dan liar di media banyak keterkaitannya dengan masalah Islam di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar