silviananoerita.com |
Rindu kadang muncul seketika waktu, tak kenal detik,
menit, jam, hari, bulan, tahun bahkan dunia yang terikat dengan waktu sekalipun
rindu tetaplah rindu. Pujangga berbicara tentang rindu, rindu yang tak hanya
pada sesamanya, rindu tak hanya pada cintanya, rindu tak hanya pada kekasih
hatinya, rindu tak hanya pada penciptanya. Kadang Rindu akan hal-hal sederhana.
Rinduku padamu akan hadirnya mentari pagi kala itu diketinggian bersamamu.
Surya pagi menyejukan hati, kala kulit kuning langsap ini tersengat derik panas
setiap detiknya. Sang surya pagi ku selalu merinduhkanmu. Terlebih saat kemarin
aku bersamamu, kalaupun boleh kutitipkan rinduku padamu sang mentari. Boleh ku
ulangi saat itu beberapa waktu saja. Terkadang hal yang membahagiaan hati,
terkadang hal yang membuat kedamaian dalam diri, terkadang hal membuat ku
terlalu dalam syurga dunia ini sungguh cepat lenyapnya. Sungguh cepat
mengilangnya, kedamaian dambaanku kala kemarin hanya bisa ku tuliskan dalam
satu kata sastra yakni RINDU.
Wahai kau mentariku sekaligus penerang hatiku dalam
ketinggian disaat itu, ingatkah kamu. Sesungguhnya rindu ini tak bisa
terbendungkan, ibarat bendungan yang kokoh membendung ribuan kubik air. Rinduku
melebihnya, dan bahkan siap menghantam bendungan kokoh itu. Biarku teruskan
mengahantam dengan ketidak mampuanku, biar ku hantam dengan ketidak kuatanku,
biarku hantam dengan semua ketidak tahuanku akan semua yang membentungmu hingga
terciptalah kata RINDU. Oh rindu, kadang menyiksa kadang menderitakan sakit
tanpa panah dan luka dalam jiwa. Kadang tak adil Tuhan ini, kenapa aku kau
lumuti rindu, rindu akan mentari, cahaya, dan penerangku kala diketinggian itu
bersama burung camar dan pohon pepohonan pagi dingin saat itu. Deburan angin
pagi berhembus bersamaan dengan sisa deras air hujan mengingatkan akan arti
sebuah ketenangan. Andai kubisa bersamamu kembali, andai ku bisa ku ulang waktu
kala kemarin. Sungguh aku ingin sekali lagi menikmati roumansa bersama mu
dengan mentari pagi, deburan angin kala pagi, siraman air hujan sisa semalam
dan kicauan burung camar di ketinggian puncak disana. Oh Tuhan, sampaikan
semuanya. Hanya sebait tulisan jelek ini, semoga harapan dan permohonan ku
terkabulkan. Atas ijinmu wahai sang pemilik hati, atas ijinmu wahai sang
penguasai setiap diri, atas ijinmu wahai sang penguasa jagad berserta isinya.
Aku ingin menyampaikan kata-kata bahwa aku sungguh RINDU PADAMU.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar