Sabtu, 21 Februari 2015

[Skripsi] Hikayat Sanderi; Tari Kiprah Glipang Probolinggo

pemain tari kiprah glipang
Kesenian ialah salah satu hasil karya manusia yang ditungkan secara nyata dalam bentuk visual dan audio. Kesenian wujud dari keinginan manusia untuk menyampaikan maksud dan pesan dalam bentuk tarian, musik, syair ataupun ekspresi dalam tampilan. Probolinggo merupakan kawasan yang dalam letak geografisnya berada pada wilayah pantai utara yang dampaknya pada campuran suku dan keragaman kebiasaan dalam tempat tinggalnya. Kawasan yang berada disebelah timur pulau jawa ini. Mayoritas masyarakatnya dengan mata pencaharian sebagai petani, pedangan, nelayan dan sebagian ada di pegawai dan industri berakibat pada pola tingkah lagu dan ragam kebiasaan.
Kebudayaan merupakan perihal yang nyata dialami oleh manusia, sebab dilakukan secara berulang dan diakui sebagai sebuah kebenar yang hidup dalam masyarakat. Menjadikan hasil berupa karya, kebudayaan tidak terbatas pada kesenian semata, kebudayaan lebih mengarahkan kepada hal yang luas tentang manusia. Karena secara logis, manusia yang memiliki akal sehat untuk menuangkan kebudayaannya.

Kesenian Tari Kiprah Glipang ialah kesenian tradisioanl yang ada di Desa Pendil Kecamatan Banyanyar Kabupaten Probolinggo. Nama Sanggar yang menaungi bakat dalam bentuk kesenian tari ialah Sanggar "Andhika Jaya" pemiliki dari sanggar tersebut adalah Soeparmo yang pada hari ini usianya mencapai kurang lebihnya 72 tahun. Keberadaan tari Kiprah Glipang menjadikan sebuah kebanggan tersendiri dari masyarakat Probolinggo, terlebih Desa Pendil.

Kesenian Tari Kiprah Glipang berdasarkan hikayat sejarah yang diceritakan Soeparmo memberikan penjelasan bahwasanya Glipang ini bermula dari kisah Pemuda asal Omben Sampang Madura yang bernama Sanderi. Beliau kaket buyut dari Soeparmo yang dalam hidupnya memiliki jiwa seni. Awalnya, kesenian yang dibawakan bukan berupa kesenian tari, melainkan kesenian topeng. Kesenian topeng yang dibawakan Sanderi hasil dari warisan keluarga dari Omben Sampang Madura, perebutan warisan dari keluarga membawanya pada karma keluarga, sehingga kutukan yang diberikan orang tua Sanderi "nantinya tidak akan bertemu kembali dengan keluarga dan anak saudaranya di madura". Sumpah yang diberikan orang tua Sanderi pun memberikan kejutan tersendiri dan menjadi tekanan batin. Setelah usahanya untuk mendapatkan topeng gethak yang diperolehnya Sanderi menelusuri tanah Madura dan berfikir tujuan mana yang harus diambil? Sanderi yang kala itu kebingungan untuk menyebrangi lautan ditepi pantai. Sesampainya di pantai Sanderi bertemu dengan Ikan Mongseng, dengan perilaku yang sedikit aneh ikan Mongseng mengantarkan Sanderi ke tanah Jawa, tepatnya di Kawasan Probolinggo. Sebagai imbalan rasa terimakasih dari Sanderi bersumpah dalam tujuh keturunannya tidak akan makan keturuanan dari Ikan Mongseng.

Sanderi yang dibekali kesaktian bela diri dan memiliki jiwa seni menjadikan dirinya sebagai pria yang tangguh dan siap menantang hidup. Perjalanan Sanderi pun tidak berakhir, sesampainya di tanah Jawa mengalami kendala utamanya dalam penyebaran kesenian topeng gethak yang diawakannya dari Madura. Bertempat tinggal di Desa Pendil Kecamatan Banyanyar Kabupaten Probolinggo Sanderi mulai mengenalkan kesenian warisan perebutan keluarganya tersebut kepada Masyarakat Desa Pendil. Hal ini sangat bertentangan dengan kebiasaan masyarakat, sebab kesenian yang dibawakannya menggunakan Gamelan yang menurut masyarakat setempat berbau ajaran Hindu Budha. Penolakan Kesenian topeng Gethak pun terjadi, kesenjangan kebiasaan inilah yang menjadikan Sanderi berfikir untuk mendapatkan perhatian dan simpati dari Masyarakat agar diterima keberadaan topeng getah warisan keluarga.

Sanderi yang kala itu masih inovtif dan kreatif dalam bidang kesenian, mengubah alat musik gamelan yang dibawakan dengan mengabungkan alat musik masyarakat setempat yang seperti Hadrah, Samman dan Rudat. Karena adanya perubahan kesenian dalam alat musik, akhinya masyarakat Pendil pun mulai menyukai kesenian yang dibawakan Sanderi ini. Diterimanya kesenian tersebut membuat langkah Sanderi semakin semangat untuk terus berkarya dalam bidang kesenian. To be continue.......

Nilai yang dapat dipetik dari Hikayat Sanderi ialah bahwa setiap manusia memiliki unsur kebudayaan, unsur kesenian tinggal seberapa usaha kita untuk menjadi pribadi dan manusia yang berbudaya. Berbudaya bukan hanya dalam bidang kesenian, berbudaya pada masa sekarang bisa dalam bentuk tulisan, karya-karya yang murni, musik, dan lain-lain yang memiliki kebermanfaatan bagi sesama. Nilai keberanian yang dapat dipetik dari fgur Sanderi diatas sepantasnya kita tiru bersama, utamanya keberanian dalam melawan ketidak benaran, melawan ketidak adailan, melawan kebatilan dan memperjuangkan hak manusia. Nilai Terimakasih merupakan salah satu nilai yang bisa kita petik, rasa terimakasih tidak hanya pada sesama manusia, bentuk nazar yang dilakukan Sanderi untuk tidak makan ikan Mongseng merupakan bentuk nilai terimakasih. Nilai Ketidak rakusan, sebagai manusia selayaknya berbagi. Berbagi dalam berbagai hal, berbagai dalam perbuatan, berbagi dalam ilmu, berbagi dalam hal material. Kebiasaan merebut dan mengambil warisan secara berlebihan sehingga membuat perselisihan antar keluarga merupakan perilaku yang tidak moril dalam masyarakat, sebab berdampak pada permusuhan dan perpecahan. Nilai ulet dan rasa percaya diri, Sanderi figur yang ulet terbukti dengan sikapnya yang tidak putus asa meskipun kesenian yang dibawakan ditolak dan tidak diterima oleh masyarakat.

Ilham Sumarga, 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar