source: google.com |
Siapa yang tidak senang yang namanya pesta? ketika kita mendengar istilah pesta pasti dibenak kita yang tertanam pertama adalah makan-makan, kenyang, dan sifatnya hoden semata.
kali ini berbeda, gelaran pesta yang akan dirayakan adalah gelaran pesta dalam rangka demokrasi kita. Tentu karena mengaut paham demokrasi pemilihan menjadi sebuah ceremonial yang dirayakan banyak orang. Tidak banyak sih sebenarnya, hanya kalangan elit dan kelompok yang berkepentingan dalam memuaskan nafsu keduniaannya.
Aku berusaha mencoba untuk memberikan pendapat dari pemilih yang ada diberbagai wilayah, jadi aku menjelaskannya mungkin secara umum dan tidak khusus dari beberapa daerah saja. oke, kita masuk dalam akar permasalahannya. Secara umum kita mengenal mengenai budaya, disini kita masuk dari sistem budaya. Karena secara hakikat, manusia tidak pernah lepas dari cara berbudaya. Setelah mengenal kebudayaan, baru masuk pada perilaku pemilih yang akan dipilih, kecenderungan mempunyai skema yang berbeda. Ada yang pemilih awal, pemilih dewasa dan pemilih lanjut usia. Disinilah budaya mempengaruhinya, dan tentu tingkat kognitif dari pemilih juga berbeda pula. Seperti pemilih yang berlatar belakang budaya agama, maka bisa dikata kecenderungan tingkat pemilihannya tidak jauh dari pertimbangan aspek agama. Pemilih awal atau bisa dikata pemilih pemula, yang kisaran usia 18-25 tahun yang baru memiliki hak pilih tentu rasionalitasnya masih berbeda dengan pemilih dewasa, alasan pun bisa bervariatif dan berbeda. Bisa dikarena faktor kedekatan, media, dan juga bisa dari isu yang berkembang. Pemilih pemula inilah yang bisa aku katakan sangat rentan dengan yang namanya kepentingan. Sehingga kadang rasionalits bisa menjadi samar ketika pemilih pemula di pengaruhi dalam sisi emosionalnya. Berdampak pada pilihan yang kadang tidak rasional lagi, jadi disinilah pentingnya memahami perilaku pemilih dalam demokrasi.
Teori dan dalil banyak diungkapkan tentang perilaku pemilih, baik dijurnal, buku ataupun media artikel online lainnya. Banyak faktor yang mendasari perilaku pemilih, selain budaya, usia, agama diatas bisa didasarkan dengan tingkat pendidikan, sosial, ekonomi, kesehetan dan segala segi kehidupan. Aku rasa, pemilih hari ini sudah tidak praktis seperti kebanyakan pemilih terdahulu. Ada rasionalitas yang mendasari dan alasan-alasan untuk seseorang memilih. Tentu dengan jenjang pengetahuan atau tingkat kognitif dan cara berpikirnya. Kesesuaian hak memang ada dalam hak dipilih dan memilih dalam demokrasi, akan tetapi dan perbedaan rasional antara pemilih.
Simpulan dari kejelasan perilaku pemilih harus di dasarkan kepada riset dan temuan data yang berimbang, agar menentukan alasan dibalik dari perilaku pemilih seperti apa dan bagaimana menjelaskan. Faktor apa yang ada dibalik seseorang untuk menentukan dan menjatuhkan pilihan pada satu pilhan dalam pesta demokrasi.? Disinilah yang menjadi tugas akademisi untuk meneliti sejauh mana perilaku pemilih yang ada, dan dilakukan secara mendalam, sistematis, metodelogis, dan komprehensif sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar