dokumentasi: Silviana Noerita |
Pergantian tahun mesti budaya masyarkat kita disibukkan dengan segudang agenda kegiatan. Ada yang mengisi liburan dengan berwisata dengan keluarga, ada yang menikmati liburan awal tahun dengan makan dan masak kumpul bareng keluarga, dan ada pula yang berdiam diri tanpa agenda di rumah. Tentunya semua itu pilihan kita masing-masing untuk mengisi penyambutan pergantian tahun.
Kali ini aku dan silvi akan sedikit bercerita dan berbagi agenda awal tahun 2018 untuk berkunjung kesalah satu tempat wisata yang mungkin dari pembaca tidak awam lagi, nama wisata yang kebetulan kami sepakati untuk liburan tahun baru adalah Gunung Bromo. Kalau mitosnya orang sih, gunung bromo wajib dikunjungi kalau hidup ditanah jawa, ada pula orang yang bilang kalau belum ke bromo bearti belum lengkap pertualangan kalian di tanah jawa. Dan banyak lagi sejuta ungkapan yang mengkiaskan tentang Gunung Bromo seperti apa. Akan tetapi yang jelas bagi aku nih ya, orang penduduk asli dari Probolinggo yang tidak berjauhan dari Bromo. Gunung ini wisata wajib bagi kalian untuk mengisi kekosongan, sumpek dengan kegiatan kerja, kuliah dan sekolah. Medan yang terjangkau dan alat transportasi atau akomodasi yang juga sangat mudah didapatkan, terlebih banyak jasa travel yang siap untuk membawa kalian liburan di Gunung Bromo. Jadi tidak ada kata untuk tidak pergi ke Gunung Bromo.
Cerita kami berawal di Pagi hari, kira-kira pukul empat pagi waktu setempat bagi kamipun bergegas untuk pergi ke gunung Bromo. Kira-kira pukul tujuh pagi kami tiba di Gunung Bromo perjalanan dari Probolinggo kira-kira pukul 5 pagi, riwa-riwi dan segala macam kebutuhan terpaksa kami berangkat jam segitu. Butuh waktu sekitar dua jaman untuk sampai ke pusat gunung Bromo. Itupun perjalanan kami mulai dari Probolinggo, dan kalau kalian mau memulai start ditempat lain, tentu butuh pertimbangan khusus untuk melakukan perjalanan wisata di Gunung Bromo. Dan namanya juga tahun baru, banyak tarikan, mulai dari agenda jasa raharja. Yang dipatok dua orang lima belas ribu rupiah. Sampai kaget, buat apa ini. Kok masih ada tarikan, terus tak tanya, ternyata asuransi. Dan digunung bromo, karena tahun baru kita di toll tiket masuknya 70ribu dua orang dengan satu motor. Jadi sekitar 85ribu uang semua yang kami keluarkan dari kantong untuk menuju ke gunung bromo. Eits, belom termasuk pertalite yang aku beli di pom bensin dekat rumah 20ribu rupiah.
dokumentasi: Silviana Noerita |
Perjalanan lancar, di bromo kami tracking dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua. Dan dalam pasir tidak ada kendala, kalaupun sedikit-sedikit terhambat kerenan kebliut pasir. Tapi seluruhnya aman, lokasi tujuan pertama kita ke tempat berkumpul montor jeep, atau hardtop. Meskipun menggunakan sepeda motor tapi ken terlihat keren kalau fotonya naik hardtop. Hahaha. Agak lama berada di tempat parkir hardtop akhirnya aku iseng untuk membuka pakaian, karena lapis enam nih pakaian yang aku gunakan pas perjalanan ke gunung bromo. Tapi tak mengapa, semuanya aman, enam lapis baju yang aku gunakan aku sisain cuman kaos singlet. Dan aku pakai sebentar, lalu berfoto padahal suasana bromo waktu itu, masih tergolong pagi dan masih dingin sekali. Tapi tak mengapa, semua bisa terbayar lunas tuntas untuk pergi ke gunung bromo. Walaupun tidak dapat sunrise karena memang butuh waktu yang lebih pagi lagi untuk ke penanjakan satu bromo.
Destinasi kedua kita sebenarnya mau ke pure Gunung Bromo, tapi apalah daya kita. Ternyata pure ditutup, dan setelah itu mau ke kawah penanjakan dan ternyata, banyak sekali wisatawan yang kesana. Hampir membeludak, banyak sekali orang yang ingin berfoto ke penanjakan kawah gunung Bromo. Akhirnya duduk sebentar parkir motor dan tidak jadi ke kawah, karena kondisi yang memang tidak memungkinkan. Akhirnya pergi ke warung untuk sejenak menghangatkan badan, beli wedang energen yang harganya lima ribu rupiah. Namanya wisata, bagaimana lagi, harus dibayar mahal, terlebih sudah masuk tahun baru juga.
dokumentasi: Silviana Noerita |
Selepas dari sini, tujuan kami yang ketiga untuk ke padang savana. Karena kemakan sosial media nih, jadi terlihat seperti bunga-bunga indah yang banyak dijumpai. Tapi hasilnya tidak sesuai ekspetasi kita, ternyata padang ilalang yang selama ini kita lihat di internet hanya sepanjang beberapa sentimeter saja. Entah dimakan kambing atau bagaimana aku pun kurang memahaminya, kok bisa gak ada ilalang yang panjangnya. Atau mungkin sudah dipotong akupun tidak begitu paham dan tahu. Tapi yang jelas aku dapat menikmati suasana hari itu dengan sejuk, dan tentunya mengabadikan moment. Dan tetap jangan nekat pakai kaos singlet seperti penampakan aku diatas, bisa masuk angin kalian. Kalau gak percaya buktikan tidak apa-apa. hehehe
Sebenarnya mau ke bukit teletubies, yang juga hits di sosial media. Tapi karena kondisi cuaca yang tidak memungkinkan, dan kita hanya berkendara dengan menggunakan roda dua. Akhirnya kita hanya lewat mampir saja ke bukit teletubies. Hujan nyericis sepanjang perjalanan ke bukit teletubies jadi membatalkan niat kita untuk mengabadikan momentum disana. Dan akhirnya karena kondisi sudah lumayan siang juga, sepertinya sudah jam sembilan kami memutuskan untuk kembali pulang. Next, kalau ada waktu bromo aku akan taklukan yang namanya penanjakan satu dan kawah bromo yang menjadi PR pribadi. Demikian cerita liburan kali ini dengan silviana. Semoga liburan yang akan datang lebih semangat dan ceria lagi. Sampai jumpa tahun 2017 yang penuh warna, dan selamat datang tahun 2018 yang masih aku goreskan tinta-tintanya untuk melukis dan menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar