Jumat, 11 Mei 2018

Semua Tentang MTs Ma’arif NU Kota Malang

foto siswa kelas tujuh, delapan, dan sembilan
Hari itu bertepatan dengan Senin tertanggal tigapuluh april dua ribu delapan belas. Dimana sebuah hari dengan semangat membara bagi kaum-kaum pekerja karena setelah sehari sebelumnya beristirahat ria dengan kehidupan pekerjaannya. Semua kisah ini bercerita tentang MTs Ma’arif NU di Kota Malang. Siapa yang mengira aku bisa masuk dan menjadi bagian didalamnya walaupun waktunya hanya sebentar. Tapi hal ini yang mem-berikan  aku tentang arti penting dari dunia pendidikan.

Awal, bayang-bayanganku tergambar pada sosok sekolah megah nan mewah. Dengan bangunan yang mentereng, disertai beberapa asesoris yang memanjakan mata kita. Tapi itu tidak ada di sekolah ini. Karenanya siapa yang tidak kenal Malang, terlebih di Kota. Kalau melihat wajah awal kota Malang pasti disuguhkan dengan berbagai macam gemerlapan indahnya perkotaan. Tapi siapa yang sangka, dalam imajinasiku sangat berbeda dari kenyataanya sekolah kebanyakan di kota Malang. Melihat sekolah di pusat keramaian kota, mungkin Intelegensia mereka sudah mencapai kriteria high atau atas. Karena mungkin SMA satu Malang, atau SMP satu Malang jelas menantang guru bukan hanya skill dalam mengajar tapi terfokus bagaimana kognitif siswa atau bisa aku kata wawasan pengetahuan siswa.

Baiklah, semua berawal dari sebuah tugas dari kampus Universitas Negeri Malang (UM) dan tujuannya tidak lain hanya untuk memberikan suguhan seberapa bagusnya model atau teori yang kita bahas dikampus, dan saat diterapkan dilapangan. Semula bayanganku tidak pernah tergores untuk memasuki wilayah ini, karena musabab yang menerangkan sebelumnya dikelas sebelah tidak mewajibkan semua mahasiswa dalam kelas hadir dan ikut serta dalam kegiatan mengajar atau sebagai guru model dan pengamat atau sebagai observer. Kali ini, aku merasakan untuk tergerak hadir dan ikut serta didalamnya. Karenanya seyogyanya aku ikut berpartisipasi perihal ini. Demikian seharusnya yang aku lakukan.


Hari-hari sebelum memulai untuk berangkat dan observasi di sekolah kami berenam sepakat untuk menjawab keresahan di kampus. Semua yang ikut ada enam anak, yakni aku, thomas, rahman, arafiah, edeltrudis, dan yunita. Semuanya adalah teman sekelas dari kelas gabungan, dan karena kebetulan kelas kami kemarin merupakan kelas random, yang acak dikarenakan modifikasi KRS. Dari tempat kost aku dan thomas bergegas berangkat lebih awal ke sekolah dengan pertimbangan bahwa chatting yang didapatkan harus mewajibkan sampai disekolah tepat pukul tujuh pagi. Inilah kesialan yang pertama yang perlu menjadi catatanku, sama thomas. Karena terlalu pagi, sehingga kami harus menunggu hampir lebih dari tigapuluh menit. Begini kronologis ceritanya. Aku memang sedari awal namanya waktu selalu menghargai, dan berusaha tepat.  Karena keharusan yang untuk kesekolah MTs Ma’arif NU jam tujuh pagi terpaksa aku memutar cara bagaimana kondisi yang tidak terduga, seperti macet atau kendala saat bangun pagi yang berupa buang air besar. Disini antisipasi awal aku, sebenarnya bisa dibilang aku bangun lumayan agak siang. Perkiraan aku membuka mata sekitar pukul enam pagi, dan itu aku langsung bergegas bangkit, dan kulihat handphone dan kulihat lagi yang namanya aplikasi percakapan. Ternyata aku mendapatkan telepon dan chat massage dari via untuk mencetak lembar observasi iklim belajar. Dan aku mencetak sebelumnya, selepas itu aku rangkap empat. Karena pengamat membutuhkan empat, yakni aku, thomas, edeltrudis dan via. Setelah proses mencetak aku tinggal semua kegiatan printer dikamar untuk bergerak secara mekanisme dimana ia difungsikan. Dengan sendirinya memproses dan mencetak kehendak yang dimaui majikannya. Ya, begitulah alat teknologi kekinian.

Mandiku pun berlangsung sederhana dan tidak terlalu lama, seperti cerita awal kesialan menimpa, sebenarnya bukan perihal yang buruk akan tetap kesialan ini karena mandi pagi dan tahulah kondisi di malang pada bulan april ini kurang bersahabat. Iklim dingin yang setiap detiknya siap menembus tulang-tulang dalam rangka tubuh ini. Lebih lagi siraman gayung air satu demi satu gayung. Betapa luarbiasa kondisi ini, maunya ingin mandi dengan menggunakan air hangat tapi tidak kesampaian karena faktor gas yang kosong. Setelah kedinginan ria saat mandi akupun beranjak untuk berpakaian dan segera bergegas ke sekolah yakni MTs Ma’arif NU Kota Malang. Langsung aku menghubungi Thomas yang waktu itu ikut juga dan memang niat awalnya bareng untuk ke sekolah. Hasilnya, aku bergegas menuju ke kostan Thomas dan disana aku mendapati kondisi kosong tidak ada Thomas disekitar jalan, dan kulihat waktu masih sangat pagi. Kisaran pukul enam duapuluh menit. Selang beberapa saat aku membuka ponsel hanphone dan memberikan sinyal percakapan bahwa aku sudah berada didepan. Dan akhirnya belum juga menemui respons, dan akhirnya aku mencoba miscall atau memanggil tapi tidak untuk niatan menjawab. Selang beberapa menit munculah thomas dari gang kecil di pertigaan Jalan Bondowoso.

Tanpa panjang dan lebar kata-kata, aku memacu kendaraan karena pikiranku hanya terlambat. Dan chat dari group ada yang berujar yakni Rahman bahwa kita diajak untuk bareng dan ditunggu di Jalan Terusan Surabaya. Aku dan thomas mengkontrol dan melihat sekeliling Jalan Terusan Surabaya ternyata tidak kami dapatkan sosok yang diharapkan. Akhirnya aku sempat muring-muring kenapa mengajak janjian tapi malah belum datang. Ah, biasa mungkin ada kesibukan, tapi itu bukan menjadi beban yang serius bagiku. Dan akhirnya aku melanjutkan perjalanan dengan lancar, sepanjang perjalanan karena sudah bukan barang baru lagi memang macet sudah menjadi sebuah pilihan. Terlebih lagi harinya senin dan pagi. Tapi kalau aku rasa, tidak terlalu terlambat saat sampai disekolah.

Sepanjang perjalanan aku mengeluh kedinginan, padahal aku telah menggunakan jaket. Entah karena aku tidak biasa berkendara pagi hari atau memang kondisi tubuhku yang lagi tidak fit, akupun tidak tahu. Dan pastinya, ketika aku berujar demikian direspon sama oleh thomas yang berada dibelakangku. Dia bercakap bahwa dibelakang saja sudah terasa sangat dingin, bagaimana kalau berada didepan tak terbayangkan. Begitu sederhana percakapan kami diperjalanan di sekitar Jalan Mayjen Panjaitan. Lepas dari pertigaan suhat atau jembatan soekarno-hatta kondisi sangat lancar, dan tidak ada rintangan yang begitu parah. Dan alhasil, aku sampai di sekolah dengan cepat. Warna warni selama perjalanan lumayan menyenangkan, hanya beberapa saat saja yang dikenakan kemacetan yang parah di dua titik. Pertama pertigaan Jalan Jakarta, Jalan Semarang menuju ke Perempatan Taman Makam Pahlawan, dan selanjutnya lampu merah Jembatan Soekarno-Hatta. Sekitar situ titik kemacetan yang aku temukan. Sampai di Pesawat terbang akhirnya aku lurus dan turun, kemudian di perempatan pertama aku membelokan motorku ke kanan kira-kira 200 meter dan dikiri jalan aku mendapati ada plang yang secara semiotik memberitahukan padaku bahwa disana lokasi MTs Ma’arif NU Kota Malang.

Memberanikan diri untuk masuk kedalam gang sempit, sempat berdiskusi dengan thomas apakah benar ini sekolahnya,  karena aku melihatnya seperti gang buntu. Dari jalan utama ternyata ada rumah yang langsung kelihatan dari jalan besar itu. Sempat berdiskusi dan thomas untuk menyarankan menghubungi Yunita, karena dia yang menjadi guru disini dan sekaligus akan menjadi guru model sebagai percontohan. Disinilah aku mulai memberanikan diri untuk masuk kedalam. Entah apapun yang terjadi, dan resiko yang kemungkinan dihadapi, aku tetap menyalakan mesin kendaraan bermotorku. Kemudian aku berjalan sambil menghidupkan kendaraan, dan tanpa canggung pula aku mengajak thomas untuk ikut naik juga ke kendaraan bermotor itu. Dan memang jaraknya juga lumayan panjang dan jauh kalau berjalan kaki. Tapi akhirnya naik juga, meski gang sempit tidak menjadi masalah.

Khayalanku terhenyak, ternyata masih banyak sekolah yang masih sangat kurang dalam perihal sarana dan prasarana di sekolah. Di sekolah MTs Ma'arif NU dijelaskan oleh kepala sekolahnya yakni Ibu Denki bahwa sekolah ini adalah sekolah perjuangan, maksud terdalamnya adalah bahwa jika kita ingin mencari penghidupan dari sini adalah keliru, dan disini maksudnya perjuangan bahwa benar dan masih sekolah ini masih berjalan selama lima tahun, memang sudah mempunyai alumni, yakni ada 2 alumni, dan mau menuju 3 alumni.

Kelasnya pun bisa aku bilang, di kota Malang yang hiruk pikuk dengan kemegahan bangunan, ternyata masih banyak sekolah yang berada di Kota Malang masih belum terjamah dengan kepentingan atau kebijakan dari pendidikan. Selebihnya, dalam kegiatan Lesson Studi, dengan tujuan untuk menguji seberapa efektif dan efesien dari model pembelajaran yang telah disusun secara individu di kelas.

Semua model, media, dan strategi pembelajaran tidak pernah ada yang efektif, itu catatan penting yang bisa aku dapatkan. Jelas, banyak pengaruh internal dan eksternal yang selalu mempengaruhi. Seperti halnya, kultur dari siswa, susana pembelajaran dari siswa, kebutuhan dari materi, dan kognitif dari anak. dan banyak lagi yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar