Jumat, 20 Juli 2018

Majikan Uang

Banyak di antara kita, manusia umumnya; khusus di daerahku di dominasi oleh warganya dengan kapasitas ekonomi rata-rata, dan menengah ke bawah. Hanya dalam hitungan jari saja yang dikatakan sebagai orang kaya. Memang tidak ada angka statistik yang pasti, tapi sejauh pandangan mata melihat, hanya sepuluh dari ribuan warga yang ada. Dan sepuluh orang itu masuk ke dalam katagori kaya.

Kebanyakan dari mereka kekurangan ekonomi keluarga, utamanya dalam perihal pekerjaan, mata pencarian, dan pola pikir dari isi kepala yang rata-rata. Artinya tidak menginginkan perubahan dalam hidupnya. Minimal terobosan apa yang akan dilakukan kedepan. Mungkin salah satunya adalah dari ilmu, dan pengetahuan yang kurang, sehingga lebih asik dengan pendapatan dari pekerjaan. Dan bisa aku bilang cukup sekedar hidup. Maksudnya orientasi hanya sebatas; yang penting tidak berhutang, ada yang buat di makan besok. Sesederhana itu, keinginan orang lazimnya tidak menjulang tinggi. Entah karena hidup yang keras, entah karena kemampuan  dan keputusan, entah kurang motivasi diri, ataupun dari luar. Aku pun tak begitu memahami secara mendalam. Dan ingin berubah, hijrah, berinovasi dalam hidup pun sulit bagi kebanyakan orang. Bahkan jauh dari angan mereka, karena memang sejatinya yang bisa mereka peroleh adalah pekerjaan yang hanya menghasilkan kecukupan dalam kehidupan.

Waktu diberikan pertanyaan pun, warga sekitar lazim menjawab; kalau bukan takdirnya untuk kaya, sekalipun kerja keras banting tulang pun, apalagi jika Tuhan tidak berkehendak, maka tak mungkin kaya. Aku merasa minder, kalau pikiran dan akal tercampur adukan dengan sistem pengetahuan agama. Kadang kemput kalau terdoktrinasi dengan hal demikian. Seolah pasrah dan tidak ada terobosan.

Para pencari uang, ya! Pekerja, buruh, karyawan, dan tenaga seprofesi lainnya. Itulah yang aku katakan sebagai pendapatan aktif, karena dihasilkan dari keringat yang kita keluarkan. Dan kebanyakan hasil dari pekerjaan itu hanya bisa menghidupi satu generasi saja, setidaknya hanya sampai usia pensiun. Kisaran usia 50 tahun ke atas. Saat otot melemah, organ tubuh tak lagi mampu bergerak leluasa, disaat itu pula uang mulai meninggalkan.

Pekerja kebanyakan mengeluarkan sedikit otak, otot dan tenaganya. Aku bukan mengatakan bekerja keras itu hal yang buruk, tidak! Malah semboyan yang digadang-gadang oleh Presiden kita adalah Kerja, Kerja, Kerja. Ada penekanan sampai tiga kali, itu sah-sah saja. Tapi aku ingin membandingkan saja, antara pencari uang dengan majikan uang. Hanya beda tipis, tipis sekali.

Pencari uang bisa aku katakan sebagai pekerja itu sendiri. Dengan menggunakan tenaganya hanya untuk kepentingan, dan tujuan dari majikannya, bosnya. Kadang para pekerja ada rasa iri dengan majikan mereka, karena mendapatkan keuntungan menjulang, padahal tidak mengeluarkan keringat? Hal itulah yang aku katakan, orang kaya semakin kaya, karena mereka bekerja dengan akal pikirannya. Bukan menjadi budak dari uang, melainkan majikan dari uang.

Seandainya setiap manusia memiliki pemikiran untuk jadi majikan uang, bukan tidak mungkin rata-rata dari penduduk kita di huni orang kaya. Tapi nyatanya berbeda, dan sangat jauh timpang. Bagiku dan mimpiku, lebih baik merintis usaha sendiri, dan mendapatkan uang dari usaha yang kita lakukan. Terlebih bila sudah memasuki usia senja, banyak uang akan lebih di sayang anak cucu. Sedari dini dipikirkan untuk mengelola keuangan.

Menjadi majikan uang bukan perihal yang sukar, memang secara prinsip dan konsep kita harus berani menunda kesenangan. Kalau pun mau bekerja, tak perlu lama-lama, kira-kira 5-10 tahun. Selebihnya berkarier dengan membuka usaha sendiri, lebih lagi kalau merintis keduanya. Jadi selain mendapatkan penghasilan aktif, juga mendapatkan penghasilan pasif. Kalau penghasilan aktif kita yang mencari uang, berkebalikan dengan penghasilan pasif. Meskipun tidak dikerjakan, akan tetapi uang datang dengan sendirinya. Seperti inilah yang di idamkan. Kalau kalian bertanya, seperti apa penghasilan pasif itu? Terjawab dengan mengelola, mengembangkan, dan menanamkan aset yang menghasilkan.

Mulai hari ini, mari kita tanamkan pemikiran untuk menjadi majikan uang. Setidaknya dengan ini bisa lebih banyak waktu dan uang bersamaan. Banyak waktu kosong bersama keluarga, tidak terikat jam kantor. Dan tentunya hobby bisa terus dikembangkan tanpa bingung memikirkan urusan keuangan. Membangun aset yang dapat menghasilkan uang akan jauh lebih berharga daripada menimbun barang-barang yang menghasilkan beban. Misal menimbun banyak mobil, kalau tidak di ikuti dengan pendapatan yang banyak, maka hasil akhirnya akan jauh memburuk. Bisa-bisa bukan impian indah, melainkan impian kelam dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar