Sabtu, 30 Juni 2018

Taman Nasional Baluran

pict. silviananoerita.com
Aku, yang sedang bahagia karena bisa berjumpa, bertemu, dan berbagi kegemberiaan dengan ke-cinta-an yang jauh disana, susah bertemu. Hingga muncul prinsip baru, lama tak bertemu, pas ketemu tak lama. Awal kisah-ku bermula di hari Jumat, dua puluh dua Juni dua ribu delapan belas. Aku dan Silvi, sosok yang menginspirasi, sabaran, penyayang, tapi sekarang kadang mudah gak sepaham dengan-ku. Dan itu asik, kami melakukan ekspedisi ke wilayah timur di Provensi Jawa Timur. Niat untuk ke tempat wisata Taman Nasional Baluran sudah terencana indah sejak sebelum lulus sarjana. Entah karena alasan kenapa? hampir kurang lebihnya tiga tahun rencana itu baru terlaksana tertanggal duapuluh Juni duaribu delapan belas. Dan aku jadikan koreksi inti, kalau waktu belum sarjana dulu keuangan kami belum mencukupi untuk berlibur memacu sampai ke Taman Nasional Baluran. Dan yang lebih pasti lagi, karena Tuhan Yang Maha Kuasa belum mengijinkan aku dan silvi bermain, liburan di Taman Nasional Baluran.


Pagi hari, semua aktivitas yang lazim setiap orang kerjakan. Mulai mereka yang bekerja dibidang bisnis, industri, pertanian, priyayi, dan macam ragam profesi. Semua di mulai dari pagi hari. Ya, hari yang bermakna kami berangkat berdua dengan kendaraan roda dua, yang ku namai dia supra. Tungangan-ku yang paling tangguh, dan memang satu-satunya armada yang siap membawaku kencan kemanapun dengan si kecintaan. Tergambar manis di alorji kuning sebelah kiriku, pukul tujuh pagi. Kami mempersiapkan semuanya, dari per-lengkapan kamera, dan ragam aksi yang siap diabadikan di depan lensa kamera-kamera. Kami siap untuk melancong ke tanah gersang dibulan Juni. Dengan cuaca yang sejuk, di bulan Juni mengingatkan pada kondisi duka setahun silam. Akh, bukan hanya aku yang memiliki cerita begini, tapi setiap umat manusia mempunyai cerita dukanya masing-masing. 

Mandi, ya! Penting karena hanya mandi yang mampu menyegarkan pikiran, suasana kebatinan, dan menambah semangat untuk berpertualangan. Kurang lebih waktu yang terkuras habis, tiga puluh menit. Selepas mandi, kami mempersiapkan diri untuk makan, sarapan pagi. Setidak-tidaknya ada asupan karbonhidrat yang bisa membangkitkan seluruh peredaran darah dalam tubuh kami. Asupan tenaga, yang memungkinkan kita tidak lemas saat berkendara dengan pacuan kuda bertenaga mesin seratus duapuluh lima cc. Kalau lemas, belum makan bisa kacau saat berkendara. Akhirnya start kita mulai dari Probolinggo, kabupaten kebangganku. Kalau kalian memberi angket, bentuk multiple choise dengan pertanyaan kebanggan akan Probolinggo, jangan ditanya. Aku jawab paling maksimal tepat pada pilhan di angket-mu. 

Mesin supra pun panas, oli dalam mesin bekerja sesuai hukum-hukum fisika, kimia, dan matematika teori. Mereka berputar sesuai mekanisme yang pasti. Lengkaplah armadaku hari itu, aku letakan barang bawaan yang isinya gombal-gombal penuh makna di depan tunganggan supra. Aku ikat dengan karet ban dalam roda dua, bekas motor-motor dulu. Lalu-ku ikat semuanya erat dan kencang. Sederhana, karena kebahagian hakiki adalah tidak menjinjing tas berat lebih dari lima kilo selama perjalanan. Melesat kami bersama si supra yang menjadi bahan dudukan, sejauh mata memandang lengang dan sepi dalam perjalanan menuju ke timur mencari wasiat-wasiat penuh makna dalam savana yang dalam imajinasiku membayangkan afrika, benua dengan manusia aneh, bodoh, dan super idiot. Ya! film the God Must Be Crazy.

Pacuan kencang-ku jalankan dengan maksimal. Setidak-nya aku konstan dalam perjalanan lebih kurang tujuh puluh kilometer perjam. Perjalanan-ku berliku-liku, aku lakukan dengan penuh ketenangan. Berharap ada mukjizat datang, dan seketika membawaku cepat menuju ketujuan. Ya! Taman Nasional Baluran. Paiton, SBPU yang menjadi tempat singgah pertamaku, pertualangan ke timur mencari wasiat-wasiat penuh makna. Disitu pula, tersemat indomart yang kemudian di beli Silvi susu kedelai dan hanya dibuka kemudian di hisap beberapa tetes. Di tutup, dan kembali melanjutkan perjalanan. Helm yang bodoh-pun digunakan, karena tidak ada model helm yang terbaik. Harus itu, dan wajib itu yang digunakan. Akhirnya idea manusia muncul, di selipkan karet pada pinggiran helm. Fungsi utamanya tidak lain untuk menganjal, agar tidak mudah tertutup. Karena memang buruknya helm putih saat ini, dan yang dulu-ku banggakan, sekarang aku abaikan. Akh, aku si manusia penghisap kenikmatan semata.

pict. silviananoerita.com
Perjalanan ke timur tetap lancar, hangat, dan bergembira ria. Kadang aku rasakan Silvi yang ada dibelakangku merasa ketakutan, entah karena alasan apa-aku pun tak memikirkannya. Yang pasti aku merasakan ada semacam phobia dengan kecepatan yang ku-pacu hampir sembilan puluh kilometer perjam. Padahal bagiku yang berada di depan, dengan kecepatan sembilan puluh kilometer perjam, dan kondisi jalanan yang lengan tidak menjadi masalah. Jarak pandang yang jauh, lurus, kosong, dan jalanan yang seolah terbakar tersaji indah di depan mata. Akhirnya, di daerah Pakuniran, aku berhenti lagi di pom bensin, SPBU. Supra memerlukan santapan makannya, karena aku hanya mangisinya sedikit. Jadi kali itu aku penuhi supra-ku agar tidak nakal di pertengahan jalan. Karena aku yakin, saat nanti ada di Taman Nasional Baluran tidak ada penjual bensin keliling, lebih lagi pom dalam savana. Terang tidak akan aku temukan. Alasannya sederhana, kenapa tidak menjual minyak dalam savana? Karena rentan terjadi kebakaran, jadi menimbun minyak dalam skala besar dilarang. Dari pom, Silvi langsung pergi ke alfamart. Dan memang beruntung aku, karena dua kali aku ke SPBU tempat pengisian ulang minyak kendaraan, tersisip pasar didalamnya. Jadi aku yang mengantre untuk dapat isi ulang minyak, dan Silvi yang ngantuk itu membeli kopi untuk saraf-saraf otaknya yang lagi di landa lingkaran-lingkaran yang berduyung-duyung berlebih. Aku ditawarinnya, kopi? Tentu tidak, aku ini orang pagi, pantang bagi-ku tidur dipagi hari. Kalau malam, tidak bisa di nego, lebih baik aku tidur.

pict. silviananoerita.com
Aku rampung membeli minyak, kemudian aku datangi kecintaanku yang sedang asik memesan kopi. Kopi putih yang jadi hidangan untuk di minum. Aku terangkan lebih lanjut, Aku membeli minyak dengan nama premium sebanyak tujuh belas ribu rupiah. Dan sebagai catatan, lokasi aku beli di daerah Panarukan. Kemungkinan ada pembaca, yang asal tempat Panarukan, kalian cukup menyediakan uang tujuh belas ribu rupiah untuk sampai di Taman Nasional Baluran. Aku duduk, Silvi kecintaanku datang, dia memintaku untuk memegangkan kopi yang baru di belinya seharga enam ribu rupiah. Dengan sedot, dan gelas sterofom. Waw, kreatif. Itu yang bisa aku bilang buat pebisnis minuman kopi. Dan iseng Silvi melihat smartphone, di cek lokasi Taman Nasional Baluran. Disana tertanda butuh waktu lebih kurang dua jam lagi. Dan hanya satu kata yang bisa aku bilang dalam hati saat itu, emezing. Ku kira perjalanan kita sejauh ini dari Probolinggo-Pakuniran adalah perjalanan setengah, ternyata ke timur masih lagi panjang. Astaga, aku berusaha optimis dan berpikir baik sangka. Karena kondisinya jumat, identik muslim dunia adalah sholat jumat. Dan maaf, aku lebih suka jujur dan tidak menutup keburukan, jumat itu aku tidak melakukan ritual agamaku.

Kencang, itu kata yang tepat aku pikirkan. Pacu terus pacu kekuatan supra merah-ku sampai ke timur Taman Nasional Baluran. Dan selang pukul sebelas siang, aku dan kecintaanku, Silvi sampai di Taman Nasional Baluran. Perjuangan yang melelahkan, dan akhirnya terbayar tuntas saat sampai di lokasi tujuan, dan dengan identias Nasional. Siapa yang tidak takjub dengan label Nasional? Apalagi wisata, perlu-lah kita mengetahui, dan menguji sejauh mana tingkat ke-bagusan dari wisata Baluran yang bertaraf Nasional. Dan hal ini yang pasti ditunggu para pembaca. Aku akan berbagi detail masuknya, kalian yang ingin masuk ke lokasi Taman Nasional Baluran, Pertama, masuklah di lokasi yang bertuliskan pintu masuk. Walaupun kalian akhirnya akan menyesal, karena hanya diputar-putar, dan tidak ada pengecekan awal sedikitpun untuk di lokasi pintu masuk. Dan setelah kalian masuk, maka kalian akan tahu. Kalau pintu keluar ternyata lebih dekat, dan hanya lurus mentok. Tapi ada faedahnya, jika kalian masuk dari pintu keluar, terang tidak mendapatkan spot foto dan tau spot goa jepang. 

Kedua, lepas dari situ, kemudian kalian masuk ke pusat informasi dan dari sana kalian akan mendapatkan berbagai macam infromasi yang dibutuhkan. Mulai dari tiket masuknya, kendaraan, dan tujuan wisata. Di dalam kantor infromasi, kalian akan disuguhkan berbagai macam pernak pernik informasi yang tersaji secara lengkap dan jelas dengan model tiga dimensi. Ada denah yang di garap dengan model kaca aquarium. Sehingga dengan jelas bisa melihat kemana tujuan wisata yang akan di tempuh.

Ketiga, tiket masuk yang kami keluarkan saat itu adalah tiga puluh lima ribu rupiah. Dengan detail perincian,  perorang di kenakan tarif lima belas ribu rupiah, dan kendaraan supraku dengan tarif lima ribu rupiah. Dan saat kami berkunjung di wisata Taman Nasional Baluran berpapasan dengan hari biasa, maksudnya bukan pada hari liburan. Dan sebelum membayar tiket masuk, di sana terpajang jelas tarif yang dikenakan, karena ada perbedaan waktu, dan jenis wisatawan. Jadi kalau kalian yang merencanakan dan ingin melancong ke Taman Nasional Baluran, di hari senin-sabtu maka dikenakan tarif lima belas ribu rupiah. Jika kalian berkunjung di hari minggu, siap-siap me-nambah rupiah sebesar dua ribu lima ratus rupiah. Jadi di hari minggu naik, senilai tujuh belas ribu lima ratus rupiah. Setidak-nya informasi-ku sampaikan di bulan Juni tahun dua ribu delapan belas. Dan aturan itu, sesuai dengan keputusan perundang-undangang tahun dua ribu embat belas. Detail produk hukumnya aku lupa, dan tidak penting ku sampaikan disini.

Keempat, Banyak kegiatan yang dilarang. Banyak larangan yang tidak boleh dilakukan pengunjung, berlaku buat semua. Tidak pandang bulu, karena hukum harus ditegakan. Dan negara Indonesia berdasar hukum, jadi aturan yang berada di Taman Nasional Baluran ada hukum yang memayunginya. Larangan itu susah bagi kalian yang senang dengan sifat-sifat iblis. Dan larangan berupa, larangan membuang sampah sembarangan. Ini lazim, karena dengan membuang sampah sembarangan, dapat mencemari Taman Nasional Baluran. Bukan tidak ada petugas pembersih, tapi butuh dukungan bersama agar menjaga wisata alam agar tetap asri dan indah. Sebab kalau indah, dan bersih bukan kita saja yang diuntungkan, tapi generasi penerus ke depannya akan menikmati buah karya dari kita yang berperilaku baik dan bermoral. Larangan memberi makan pada primata, sederhana. Monyet banyak berkeliaran, dan berlalu lalang. Mereka baik, tapi kalau di usik akan berbuat buruk kepada kita. Karenanya, jangan memberikan makanan atau bentuk apapun, akibatnya kalian akan diserang, dan dianggapnya gudang dari perut mereka. Larangan memburu, karena Taman Nasional Baluran merupakan cagar budaya, utamanya memelihara ekosistem lingkungan yang selaras harmoni, maka para pengunjung dilarang berburu dalam bentuk apapun. Larangan untuk membakar hutang, dengan bentuk apapun. Karena dengan membakar maka dampaknya akan berakibat buruk pada semua wahana wisata di Taman Nasional Baluran, merusak ekosistem, dan mencemari udara. Penting lebih banyak dampak buruk yang akan di dapatkan jika terjadi pembakaran hutan. Larangan masuk savana lebih dalam lagi, mungkin alasan yang bisa aku tangkap adalah, takut ada hewan buas yang siap memangsa, seperti macan, ular atau hewan buas dan liar lainnya. Setidaknya itu larangan yang bisa aku sampaikan buat pembaca yang budiman, yang bermoral baik.

Kelima, bersiap-siap menguji cara berkendaraan yang baik. Karena dari lokasi pemberangkatan di lokasi pembelian tiket sampai ke Savana Bengkol, yang merupakan spot utama dari Taman Nasional Baluran. Karena untuk mencapai di Savana Bengkol kalian musti bergetar-getar ria dengan kendaraan saat perjalanan. Tidak menampik model kendaraan apa yang kalian gunakan, baik itu roda dua, tiga, dan empat pun akan menerima nasib yang sama atas kekejaman alam buatan Tuhan. Jalanan yang mau di aspal, tetapi banyak terjadi kerusakan. Dan sepanjang perjalanan banyak bebatuan yang siap membuat kalian untuk berhati-hati. Kalau kalian beruntung, maka di dapatkan hewan-hewan liar yang sedang asik menyeberang di tengah jalanan. Kemarin kami mendapatkan ayam dengan jenis jantan, kenapa aku tahu kalau jantan? Sederhana, karena aku pecinta unggas, utamanya jenis ayam. Yang aku lihat waktu itu dengan mata empatku, adalah ayam dengan jengger merah dan bulu-bulu yang biru. Indah, itu satu kata yang bisa aku gambarkan dari ayam liar di Taman Nasional Baluran. Kalau boleh aku buru, aku ambil itu ayam. Tapi sayangnya, sebagai warganegara yang patuh akan aturan, perintah dan larangan. Maka aku meurungkan niat itu, dan kupandangi ayam liar sebagai bagian dari ekosistem yang harmoni, menyelaraskan dengan ekosistem gersang di bulan Juni.

Keenam, siapkan kamera terindah kalian. Alasan utamanya, banyak spot yang bisa kalian ambil untuk di abadikan momentnya. Karena aku yakin, hanya sekali kalian kesini sudah cukup. Kalaupun di-ajak lagi ke daerah Taman Nasional Baluran, yang akan di dapatkan hanya hal yang sama. Kecuali kalian belum merasakan suasana pantai Bama, setelah Savana Bengkol. Mungkin inilah pekerjaan rumah ku, dan pengharapan yang lain waktu aku akan sampai di sana untuk mengunjungi pantai Bama. Kalau kalian hanya menikmati perjalanan dan tidak berfoto ria di tengah perjalanan maka perjalanan kalian hambar, tidak ada warna, dan tidak penuh imajinasi yang bisa di ceritakan. Karena kebanyakan yang aku dapatkan mereka, para pengunjung. Hanya terfokus pada Savana Bengkol. Padahal dalam perjalanan kalian akan di suguhkan dengan wisata yang namanya evergreen. Di mana sebuah ekosistem lingkungan yang kaca dengan mineral dalam tanah. Jatuh akhirnya, meskipun di bulan Juni yang gersang karena kemarau panjang, tapi evergreen tetaplah hijau. Asri dan nampak sejuk dalam kegersangan di bulan Juni.

Ketujuh, siap menyabarkan diri. Budayakan moral yang tinggi, bikin pengertian dalam mengambil foto. Karena spot yang indah di Taman Nasional Baluran hanya beberapa saja. Sehingga kalau kalian yang pandai dalam fotografi maka akan me-mikirkan bidikan foto yang penuh dengan makna. Sehingga kesabaran untuk menunggu-pun di utamakan, kecuali bagi kalian yang berniat untuk menginap dalam Taman Nasional Baluran. Itu perihal yang lain lagi, kalau menginap silakan puas untuk berfoto dalam model apapun. Kalau kalian berada dalam Savana Bengkol, maka kesadaran, dan rasa saling tolernasi di junjung tinggi. Karena sejatinya egosime akan muncul saat berada di spot foto yang betuliskan Taman Nasional Baluran Savana Bengkol. Di situ kalian akan disuguhkan dengan banyak aksi dengan ragam gaya foto. Jadi kalau kalian tidak sabaran, dan yang telah mendapatkan foto tidak toleransi jatuh akhirnya akan terjadi batin yang mengebu-gebu. Kenapa aku bisa menyimpulkan yang demikian? Karena itu pengalaman yang aku dapatkan langsung, tepat tengah hari, kondisi perut yang sedang keroncongan, dan rambut yang tak tertutupi sehelai kain menambah tekanan dalam darah menuju ke puncak saraf otak. Dan bawaanya memaksakan diri untuk memukul mereka yang tidak toleransi, tidak sadarkan diri bahwa sedang di tunggu. Sadar rasa perlu dan sangat penting. Aku sudah sabar, tapi para pengunjung lain kurang perasanya maka hasil akhirnya dendam. Dan ada lagi, jangan pernah berbagi untuk meminta tolong foto. Karena akan dimanfaatkan, terlebih kemarin kami mendapatkan sosok pria alay, dari Jakarta. Aku tahu dari Jakarta, karena kendaraan roda dua yang digunakan plat B. Rakus, itu yang bisa aku katakan, kenapa tidak memikirkan orang di sekitarnya yang menunggu untuk berfoto. Ada lagi rombongan keluarga yang seolah-olah misi mereka membidik sebanyak-banyaknya foto dalam kamera ponsel cantiknya itu. Membidik dengan gaya yang sama, spot yang sampai-sampai puluhan kali. Dan itu sangat-sangat boros dan tidak punya makna. Apa guna kamera canggih kalau hanya di isi dengan capture dan bidikan foto tak bermutu seni tinggi? Akh, mungkin pinsip mereka berbeda, hanya menghabiskan memori satu giga dalam satu spot foto saja. Lepas dua-tiga tahun terbuang dan terhapus dalam memori yang tak lagi bermakna, karena terlalu banyak gambar-gambar tak penting yang telah diambilnya.

pict. silviananoerita.com
Kedelapan, siapkan air minum. Karena kondisi pas di bulan Juni sangat panas. Dan mudah sekali kami mengalami ke-keringan dalam tubuh. Kalau asupan air dalam tubuh kurang, tentu akan membahayakan bagi kesehatan. Jadi sediakan minuman-minuman, utamanya minuman air putih untuk menambahkan stamina dalam tubuh yang letih dalam per-jalanan panjang sampai ke Savana Bengkol.

Kesembilan, jangan tinggalkan barang-barang kalian di kendaraan, utamanya kendaraan roda dua. Karena banyak sekali primata usil yang akan mencoba mencari peruntungan dari tas yang di taruh tepat di kendaraan roda dua. Aku mengalami kejadian itu, dan aku menyaksikannya. Untung ada banyak orang yang membantu, dan akhirnya terselamatkan barang-barangku dari copet binatang pencari makanan omnivora. Dan untungnya lagi, aku sudah mengikat kencang, jadi tidak langsung terambil dengan mudah.

Kesepuluh, berpertualanganlah dengan kecintaan, karena dalam perjalanan akan lebih bahagian dan sempurna. Dan kalau kalian ingin menginap di Savana Bengkol, di sana di suguhkan Wisma Rusa. Dan menurut ku, mending camp, sama-sama tidak mendapatkan apa-apa. Dan susana hutan lebih bermakna, kalau kalian camp, aku sarankan di tempat yang utamanya di pantai Bama. Mungkin disana dapatkan akan dapat sunrise dan sunset sekaligus yang bermakna dan indah tiada-tara. Manusia, Gadis pantai dengan suasana senja.

pict. silviananoerita.com
Kesebelas, ada banyak kupu-kupu dalam perjalanan berangkat dan pulang. Dan mereka yang menemani, di terobos dengan pasti, dan mereka menghindari dengan malu-malu. Akh, jenis serangga yang mengalami metamorfosis sempurna, sempurna pula-lah kehidupan. Karena aku jarang, dan susah melihat sosok binatang bernama kupu-kupu.

Ada sebelas rangkuman, setidaknya aku bisa bagikan buat kalian pembaca yang budiman. Semoga ada kesempatan lain, aku ingin menyaksikan di musim penghujan. Seperti apa susananya, dengan kondisi hijau Savana Bengkol-nya, dan kemungkian ekosistem alam yang indah, dan tentu berbeda. Selamat mencoba pertualangan wisata yang baru, bagi kalian yang ingin mencari referensi wisata Taman Nasional Baluran-Situbondo.

2 komentar:

  1. Ceritanya seru sekali, ayo kesana lagi karena sekarang jalannya sudah diaspal koreyaaaa. Jadi gak perlu lagi emosi kayak kemarin hahaha

    BalasHapus