Selasa, 29 Mei 2018

Tantangan Generasi Sandwich

google.com
Generasi sederhananya adalah turunan, jadi kalau membahas perihal generasi, jatuh akhirnya pada hal yang berkaitan dengan keturunan yang berdasarkan kualifikasi turunan itu sendiri.
Baik, kali ini aku akan bercerita dan berbagi sedikit pengetahuanku tentang tantangan dari generasi Sandwich. Tentu kita tahu dan harus tahu bagaimana tantangan itu di hadapi dengan baik. Nah, kali ini ada salah satu yang mungkin sudah banyak yang menulis tentang generasi Sandwich, kalau kita kenal sandwivh itu adalah makanan yang umumnya di makan oleh bangsa belahan dunia barat (eropa). Kalau kita jelas masih awam dengan makanan itu, memang tahu, tapi jarang sekali mengkonsumsinya. Sandwich sendiri terdiri dari dua lapisan roti tawar yang ditumpuk dengan berbagai macam jenis sayur-sayuran, telur mata sapi, sepotong daging yang telah masak dan digoreng, kemudia dipadukan dengan selembar keju tertambah mayonnaise serta saus tomat dan/atau sambal. Jadilah sandwich yang lezat dan siap untuk dimakan bersama keluarga.


Kenapa dinamakan Sandwich? Karena generasi ini mengantungkan diri dari pendapatan anaknya. Ringkasnya, orangtua yang menggantungkan diri untuk menumpang makan kepada anaknya. Biasanya pemikiran dari orangtua yang demikian ini ada pada tingkatan pendidikan yang masih rendah, dan hidup sehat di rentan generasi baby bomber dan generasi X. Tapi memang tidak keseluruhan dari kedua generasi tersebut menggantukan dirinya perihal kehidupan pada anaknya, tapi ada sebagian dari dua generasi tersebut cerdas secara pengetahuan dan tidak mau menggangu ekonomi dari anak-anaknya.

Dengan datangnya generasi sandwich tentu akan memberikan dampak yang sangat ironi, pasalnya anak yang telah diturunkan oleh orangtuanya tidak mampu berkembang diri. Inilah yang bisa aku katakan sebagai tantangan pertama jikalau kalian masih mempunyai orangtua yang mengantungkan diri kepada anaknya. Masalah sebenarnya tidak hanya lahir dari anak, tapi boleh aku tekankan itu karena kesalahan dari orangtua karena tingkat kecakapan dalam mengatur ekonomi masa mudanya yang masih kurang. Jatuh akhirny mengantungkan diri dan mengemis meminta pada anaknya.

Finasial, memang penting untuk mengatur dan mengelolah keuangan. Sebab orangtua yang bijak dan cerdas akan memberikan anak-anaknya hal-hal yang baik. Menumbuh kembangkan usaha-usahanya. Iya kalau dulu, orangtua mengistilahkan dengan pepatah sederhana, banyak-anak banyak rejeki. Benar juga kalau mereka ingin menjadi seorang generasi yang mengantukan masa senja lanjutnya untuk hidup dari penghidupan anak-anaknya. Kalau mereka memiliki tujuh sampai sepuluh anak, maka akan terasa ringan dengan model gotong-royong sesama anak-anaknya. Sehingga orangtua dalam beban hidup seperti makan dan kebutuhan senja lanjutnya ada yang memenuhi. Kalau hanya mempunyai dua atau bahkan satu anak, disinilah tantangan kita bersama. Aku sendiri memang masih belum mencapai dalam step tersebut, tapi setidaknya dalam beberapa tahun kedepan ada pencapaian pemikiran jika telah menikah mengatur dan mengelolah ekonomi adalah hal yang sangat penting.

Bergantung pada anak bukan hal yang bijak memang, dan alhamduillah sampai hari ini aku tergolong pada orangtua yang bukan termasuk generasi sandwich, dan setidaknya semua orangtua yang sudah masuk masa pensiun atau senjanya mampu mengelolah keuangan dengan baik guna mengedepankan kepentingan anak yang lebih besar. Mereka bisa mandiri dan mampu mengembangkan hidup kembangnya sendiri. Kalau digantungi untuk mengurusi kehidupan orangtua akan menjadi beban berat anaknya. Terlebih bagi mereka yang hanya memiliki anak satu, jadi harus ekstra bebannya. Dan barang tentu aku menafsirkan akan selalu terjadi kekerasan dalam rumah tangga, karena ada beban ekonomi yang berat. Selain menghidupi kebutuhan keluarga sendiri harus pula menghidupi kebutuhan orangtuanya. Itupun kalau hanya orangtua dari lelaki atau suaminya saja, bagaimana lantas jika kedua orangtua dari anak yang telah berkeluarga meminta kepada satu anak? Jadi bisa diringkas, anak inilah yang menghidupi tiga keluarga. Syukur kalau anaknya mampu untuk menghidupi, kalau terjadi ekonomi yang juga masih baru merintis? Bisa terjadi konflik keluarga yang berkepanjangan.

Renungan ini menjadi sebuah tantangan kedepan untuk kita, tentu aku secara pribadi bisa mempersiapkan sedari muda agar tidak menyesal ketidak tiba usia lanjut kedepan. Bagaimana anak, istri dan kedua belah keluarga hidup guyub rukun dan makmur. Semua bergantung dari pola kecerdasan pikiran pribadi masing-masing, jelasnya dengan adanya generasi sandwich perjuangan dan kemandirian dalam rumah tangga akan sulit maju. Berkembangpun kemungkinan besar sangat-sangat repot dan memprihatinkan. Semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar