Rabu, 30 Mei 2018

[Berbeda] Puasa Tahun Ini

Ramadhan telah tiba hatiku gembira... Sepenggal kalimat yang bisa aku katakan saat bulan puasa tiba. Ah, tidak ada yang salah, orang bilang bulan ramadhan ataupun bulan puasa, keduanya hanya penamaan saja, isinya tetap sama yakni Ibadah.

Sebagai umat muslim yang baik, sudah seharusnya kita senang dengan datangnya bulan Ramadhan. Karena kita akan disuguhkan dengan berbagai macam kegiatan kerohanian, mulai tarawih, tadarus qur’an, dan pastinya berpuasa. Disinilah makna dari puasa adalah menahan dan menekan nafsu dalam diri. Kalau sehari-hari sebelum menjelang bulan Ramadhan kita bisa seenaknya sendiri berucap kata-kata sarkasme, sekarang di bulan Ramadhan harus dirubah dan diganti dengan kata-kata yang lebih baik. Jadi puasa bukan sekedar tidak makan dan tidak minum, tapi jatuh isinya kita harus mampu menahan hawa nafsu kita. Dan fokus sebulan untuk beribadah dengan niatan karena Allah.


Alhamdulilllah, di usiaku yang sudah duapuluh lima tahun aku telah diberikan kekuatan dan kesehatan untuk mencapai Ramadhan kali ini. Setidaknya aku telah melewati bulan Ramadhan sebanyak duapuluh lima tahun atau duapuluh lima kali. Meskipun, saat kecil aku masih belum banyak ikut dalam kegiatan puasa. Baru aku puasa penuh di usia belasan tahun, dan itulah kesalahanku. Sebenarnya kuat, tapi karena hasutan dari orang-orang diluar sana, dan karena lingkungan yang mendukung untuk tidak berpuasa diwaktu kecil. Hasilnya aku tidak berpuasa, dan baru berpuasa di usia perkiraan tigabelas tahun. Itu aku sudah penuh berpuasa, kalau aku jumlahkan duapuluh lima tahun kurang tigabelas tahun totalnya duabelas tahun. Jadi aku berpuasa secara penuh selama duabelas tahun. Dan alhamdulillah, dihari keempat belas ini aku tulis sedikit prosa pendekku untuk mengenang sejauh apa semangatku melalui bulan puasa tahun ini.

Ada yang berbeda? Ya benar, inilah kesedihan yang aku rasakan. Biasanya aku lalui puasa dan ramadhan sebelumnya dengan keluarga yang lengkap, ada Bapak, Ibu dan aku. Setidaknya tiga dari keluargaku, dan karena memang tahun dua ribu sembilan kakakku sudah berstatus kawin dan menjadi istri orang. Jadi kakakku tidak lagi bisa berpuasa bersama, yakni nikmat berbuka bersama. Itu sekilas kisah kenangku bertahun-tahun lalu. Dan sekarang, hari ini. Aku merasakan berbeda karena bapak, orangtua ku meninggal setelah hampir dua minggu lamanya setelah seminggu dirawat di RS Wololangan dan seminggu di RS Saiful Anwar. Semuanya itu sudah menjadi penderitaan pribadiku, tidak bisa dielakan dan dinafikan sebagai manusia. Tapi ada yang ku rindu, setiap menjelang puasa bapak selalu senang, waktu berbuka ramai dan sebelum menjelang sahur ramai juga dengan gembrongan daun pintu. Dan itu lucu kadang pernah suatu hari membangunkan diwaktu pukul setengah tiga pagi.

Semuanya sudah berakhir, dan tidak mungkin aku mendengarkan semuanya itu. Tapi inilah yang namanya kehidupan, berjalan kedepan. Kalau selalu memandang kebelakang akan menjadi kelemahan. Aku doakan bapakku, semoga indah di Surga, dan tenang disana bersama Pencipta Hidup. Allah SWT. Tinggal akhirnya aku akan lanjut berjuang dalam merintangi hidup ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar