Minggu, 28 Februari 2016

Memasak dengan Tungku

goreng tahu dan tempe
Tungku merupakan alat memasak yang terbuat dari tanah liat (umumnya) yang di cetak dengan menggunakan cetakan sehingga menyerupai alat pembakaran. Fungsi dari pada tungku tidak lain ialah sebagai alat masak baik memasak dengan kapasitas yang besar maupun memasak dengan kapasitas sedang dan bahkan kecil sekalipun. Biaya yang dikeluarkan untuk menghidupkan atau mengoprasikan tungku tergolong sangat murah, cukup dengan kayu yang kering. Terlebih jika di daerah kalian masih banyak hutan yang bisa diambil kayu ataupun ranting keringnya.

Sebelum mengenal yang namanya kompor minyak dan zaman sekarang sudah banyak yang beralih dengan menggunakan kompor Gas, Tungku merupakan nenek buyut dari semua teknologi hasil manusia tersebut. Bisa dibilang, sebelum ada mereka berdua (Kompor Gas dan Kompor Minyak) fakta sejarah membuktikan bahwa tungku sudah lebih dulu adanya.

Sekarang, sebagian besar manusia utamanya Negara Kita Indonesia sudah beralih semua ke yang namanya kompor Gas dengan kapasitas tiga kilogram. Sedangkan harga yang dibandrol kisarannya tujuh belas ribu rupiah setiap tabung gas tiga kilogram. Keluarga saya dirumah menggunakan semua teknologi manusia, mulai dari tungku kompor minyak dan kompor gas. Semuanya ada dan tersedia, akan tetapi yang paling jarang digunakan yakni kompor minyak tanah. Alasan mendasarnya mungkin sudah jelas, yakni harga minyak tanah yang selangit dan sedikit langka.


Ibu lebih sering menggunakan kompor kayu (tungku) dari pada kompor gas. Jadi dirumah bisa irit LPJ karena jarang digunakan, toh walaupun digunakan mungkin hanya sesekali saja setiap harinya. Sebulan LPJ dirumah bisa digunakan lebih dari sebulan.

Kondisi dirumah masih banyak kayu yang kering, buat apa juga membeli gas LPJ, Hasil dari masakan juga sama saja, akan tetapi kalau subjektifitas pribadi malah lebih enak kompor kayu, sebab ada aroma asapnya. Kadang membuat rindu rumah ya ini, masakan yang dimasak dengan kompor kayu (tungku).
Mulai dari memasak nasi, memasak air, goreng tempe-tahu, buat sop dan segala macam jenis makanan bisa dimasak oleh kompor kayu (tungku). Tapi perlu diperhatikan, siklus api yang keluar harus dikondisikan sebab bisa jadi menyala membahana dan bisa pula mati seketika. Perlu adaptasi untuk mengoprasikan kompor kayu ini.

Kalau kalian masih menggunakan kompor kayu, bearti kearifan lokal dalam memasak kalian bisa dibilang tinggi. Mari terus kita kampanyekan memasak dengan tungku dirumah, biar tetangga sebelah rumah mengira rumah kita kebakaran. Salaaaaam

4 komentar:

  1. Saya sangat suka dengan pemikiran "back to nature" dimana sebagai seorang pribumi kita bangga menggunakan produk dalam negeri.
    Secara tata bahasa, karena Indonesia memiliki banyak kekayaan akan suku bangsa, Kalau meminjam terminologinya Bahasa Sunda, benda itu namanya "hawu" yaitu asal kata dari bahasa Jawa "awu"yaitu abu. Sedangkan abu itu sendiri bahasa sundanya adalah lebu.
    Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa hawu adalah sebuah tempat berkumpulnya abu.

    Saya memiliki pemikiran bahwa ditengah tengah arus Asean Economic Community saat ini, benda ini dapat menjadi salah satu produk asli daerah yang dapat dikemas dengan baik sehingga mampu berda saing global. Disaat orang berasumsi bahwa gas dapat memberikan efek yang bahaya ketika meledak, dengan kemasan dan desain yang bagus, hawu dapat di jual ke negara ASEAN yang lain seperi Philippines, Cambodia, Myanmar dan yang lainnya.
    Tentunya made in Indonesia.
    Hatur nuhun mas Ilham.

    Salam
    Asep Rudi Casmana

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, iya benar sekali mas Asep Rudi. Semoga tungku menjadi salah satu bentuk kebudayaan dan identitas bangsa kita, jangan sampai deh ada yang mengaku akui lagi :D

      Hapus
  2. Sepakat, apalagi kalau "dicaplok" sama negara tetangga. Supaya hal itu tidak terjadi, maka kita harus "ngamumule" atau merawat dengan cara menggunakannya, disamping ada alat baru yang lebih praktis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahha, cocok deh. Top Markotop bang Asep :D

      Hapus