Minggu, 10 Mei 2015

Porong Sidoharjo; Asal Jalan

Awalnya tulisan ini hanya gambar saja, kemudian aku berusaha mengingat kembali kejadian dan peristiwa ini beberapa tahun yang lalu. Aku sebenernya iseng untuk menyeleksi dan lihat tulisan dulu seperti apa, dan akhirnya aku dapatkan tulisan ini. Dan ternyata setelah aku buka dan lihat tidak ada tulisan sekatapun di dalamnya, akhirnya aku akan bercerita kembali yang seharusnya beberapa tahun lalu mestinya aku tuliskan disini.

Sekitar tahun dua ribu lima belas aku dari rumah berangkat ke malang untuk kerja, dan hasilnya ternyata dapat ekspedisi untuk tujuan ke surabaya. Bisa aku katakan inilah momentum yang pertamakali rintisan dan rancangan dari yang namanya lembaga konsultasi dan bimbingan belajar di Malang. Aku dikenalkan oleh beberapa orang yang menjadi kolega dan rekan kerja waktu itu, yang sekarang masih bertahan ada disana, namanya Supriadi. Selebihnya, semua personil yang ada diatas sudah mulai gugur dan kabur satu persatunya.


Tapi aku masih menjalin hubungan dan komunikasi pada semua kolega yang pernah aku kenal. Dan ternyata mereka sampai hari ini masih mengingat, karena tahu jerih deritanya bekerja seperti apa hingga saat inipun masih dihimpit dengan rasa rindu.

Balik lagi pada topik awalnya, ini karena memang ditulisnya menyesuaikan revisi yakni tahun duaribu delapan belas. Selama tiga tahun kedepan, akhirnya banyak bercerita tentang memori dan kenangan.

Ke Surabaya tujuanku hanya satu, yakni untuk menyebarluaskan informasi mengenai bimbingan belajar yang bernama Indonesia College Malang. Pas waktu dulu bertepatan dengan agenda ujian STIS yang digelar disurabaya, akhirnya kami bersama-sama membawa sejumlah amunisi untuk menyerang dan membagikan brosure untuk mendapat siswa yang belajar di bimbel tersebut. Aku sekarang jadi mengerti bahwasanya nafas dari usaha itu ada yang namanya strategi pasar. Jadi disinilah kita harus pandai melihat peluang yang ada dan tentunya dengan di sertai konsep kapital karena semuanya akan gugur jika tidak didasarkan pada peluang dan tantangan yang ada. Dan satu lagi, untuk berani membuka mata kedepan. Dan siap dalam mengambil resiko yang akan dihadapi dan dialami jika terjadi sesuatu yang buruk sekalipun. Intinya berusaha dan tetap tidak menyerah pada keadaan. Meskipun jauh waktu itu, kami bersama semangat dan berjuang.

Akhirnya, lepas dari semua jerih payah yang didapatkan kami menyempatkan diri untuk mengunjungi dan berliburan disalah satu lokasi bencana besar beberapa tahun silam. Hampir sepuluh tahun aku rasakan sampai hari ini, namanya sidoharjo jelas terkenang dengan lumpur putih yang selalu bersumber dan mengeluarkan limbah. Sampai kemarin yang aku temukan tidak berhenti dan kemudian timbul satu pertanyaan mendasar, sampai kapan? jawabnya tentu sampai Tuhan mengkehendaki untuk berhenti selama itupula akan berhenti. Pastinya semua bumi yang ada didalamnya tidak lepas dari pengelihatan dan campur urusan tangan pembuat semuanya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar