Senin, 23 Februari 2015

Q-time untuk Merenung

kala sepi dirumah
Ouality Time biasanya nitizen mengenalnya dengan Qtime, artinya secara hemat waktu terbaik. Yaps, kali  ini saya bercerita dan berbagi hasil pikiran yang sifatnya juga spontans dan on the spot saja.

Tuhan memberikan waktu kepada umat manusia dengan jumlah yang sama yakni 24 jam perharinya, tinggal bagaimana kita memanfaatkan setiap detiknya. Menggunakan waktun yang sama ini lah yang membuat manusia berbeda dalam memghargai setiap detiknya waktu. Bisa jadi benar ucapan dari orang china yang mengatakan waktu adalah uang, bagi mereka yang memiliki pemikiran materialisme bisa jadi dalam hidupnya hanya digunakan untuk menghimpun dan menumpuk harta kekayaan. Sebenarnya ini bukan masalah, hanya dalam bingkai pandangan dan subyektifitas semata.
Bagi saya, merenung merupakan hasil pikiran jernih manusia antara perpaduan pikiran dan hati. Biasanya hasil dari renungan merupakan semedi terdalam bahkan sedalam-dalamnya dalam menghadapai tantangan hidup. Merenung merupakan hal yang hampir dilakukan oleh manusia, bukan berati melamun atau memikirkan cita-cita semu. Merenung jauh daripada itu, merenung atau bahasa gaul orang timuran itu Kontemplasi adalah cara terbaik untuk pemberian solusi, bisanya renungan didapatkan dalam keilahian dengan sang pencipta alam, dan itu sah-sah saja. Merenungkan fenomenal sosial lebih menarik, sebab renungan yang ada dalam masyarakat dalam bentuk keramain lebih kompleks daripada merenung sendirian seperti semedi yang hanya mendapatkan nilai keilahian semata.

diamanakah saat yang baik untuk merenung? tawaran dari saja kisaran seperempat malam, ya. Mulai dari jam 2-4 pagi. Mari sejenak kita luangkan waktu untuk mandi ataupun mengambil air wuduh, sholat sunnah ataupun mengaji bisa jadi hal ini meluangkan sejenak keresahan hati dan kegundahan jiwa. Waktu yang tepat untuk berdialog dengan sang pencipta, yang konon katanya malaikat membukakan pintu langit. Saya menjadi sedikit agak gila, karena sering bangun jam-jam ini, terlebih saya gunakan untuk membaca buku yang bernuansa kekirian, sehingga berdampak pada renungan sesat. Ah,,, aneh... Sewajarnya bentuk renungan membuat kita dan diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih rendah hati, lebih menghargai dan mengagumi sesamanya. Kelemahan dari diri didapatkan dari hasil renungan, hasil sedalam-dalamnya bisa jadi sesat jikalau tidak mampu mengartikan yang tersampaikan.
Begitu dulu tulisannya, :D
Sumber Pribadi.

2 komentar: