Kamis, 23 Oktober 2014

[Belajar Menjadi] Guru Sang Pengabdi


Lewat meja belajar ini saya mencoba untuk Belajar Menjadi "Guru Sang Pengabdi". Menjelang di akhir penugasan PPL di SMP Negeri 15 Malang, mulai banyak yang saya renungkan dari kehidupan dan pola lingkungan sekolah. Bahagia, Suka dan Duka selalu menyelimuti perjalanan saya sebagai pengabdi yang tanpa ada bayaran karena ditugaskan oleh kampus dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan pengalaman dalam mengajar secara langsung di sekolah.

Tumpukan dari buku tugas siswa yang sedikit demi sedikit saya koreksi secara detail demi memberikan penilaian maksimal dan obyektif dari siswa secara kognitif (pengetahuan) yang diserap dari hasil belajar dalam kelas. Mungkin saya juga bisa rindu akan kelelahan saat dimana tugas mengajar dan kesibukan yang lain dalam menjalani pengalaman praktik mengajar.

Tak ada kopi pada pagi itu, dengan raut wajah bahagia dan optimisme meliputi wajah yang tak lagi sejernih dahulu saat pertama berada di sekolah ini. Jangan dimaknai kalau saya lelah dan merasa tertekan ya hhe..

Sejenak saya merenung dalam tumpukan tugas akan sang diri yang selalu ingin [Belajar Menjadi] Guru idaman, Guru Pengabdi, Guru dengan segala kesempurnaan dan dambaan dari setiap kalangan, hhee idealisme ku gitu :))
Bisa langsung disimak pemikiran saat saya mengajar di kelas VIII H barusan, sambil memberikan tugas kepada siswa, saya tertarik menulis ini pada beberapa lembar kertas HVS yang tidak terpakai lagi, ehh bukan tidak terpakai, tapi RPP saya yang sudah tidak digunakan lagi :))

GURU SANG PENGABDI NEGERI

Sekilas saya tidak begitu cedas dan pandai dalam merangkai judul yang baik ya hhaa.. Tapi semoga ada manfaat dari renungan kali ini.

Memang benar Pepatah dari orang terdahulu yang mengatajab "Guru ibarat Pahlawan tanpa tanda Jasa". Saya merupakan salah satu manusia Indonesia yang mulai sedikit memahami makna dari pepatah "Guru ibarat Pahlawan tanpa tanda Jasa". Ada beberapa alasan yang menurut saya kongkrit kalau pepatah ini melekat dalam pemikiran masyarakat Indonesia, apalagi Guru PPL seperti saya yang hari ini sedang mengabdi tanpa imbalan dan upah dari sekolah atau lembaga kampus Universitas Negeri Malang.

Sebenarnya, saya menulis ini bukan berarti ada pikiran materialisme dalam diri, akan tetapi selentingan dari masyarakat yang kurang lagi mengindahkan pepatah dahulu. Dan bahkan di akhir kegiatan PPL di SMP Negeri 15 Malang bukan lagi memikirkan apa yang namanya kewajiban bidang studi yang di masukan kedalam matakuliah ataupun memperoleh hasil dari proses saya yang berupa nilai kuliah. Sejenak saya terdiam dan melihat siswa yang sedang fokus mengerjakan tugas di kelas, akhirnya dalam penglihatan itu saya merasakan hakikat sebenarnya dari proses saya ditempatakan di sekolah sebagai studi pengalaman lapangan ini.

Sejenak kita melihat sejarah guru yang hemat saya pahami. Sempat mendengarkan dari orang tua dirumah kalau menjadi guru dahulunya sungguh sangat tidak menjadi pengharapan dari setiap masyarakat. Karena alasanya mereka yang tidak mendapatkan upah yang cukup untuk memenuhi kehidupan rumah tangga mereka. Fakta sejarah ini menjelaskan lebih kuat kalau Guru ibarat Pahlawan tanpa tanda Jasa menjadi sangat kental lagi. Dan kondisi hari ini yang malah bertentangan dengan sejarah terdahulu. Kalau menjelaskan singkatnya makna pahlawan itu rela berkorban dengan ikhlas, dan itu dirasakan oleh fakta sejarah guru terdahulu.

Masyarakat hari ini selalu berfikiran kalau Guru sudah tak lagi sebagai pahlawan, Guru tak lagi sebagai pengabdi, dan malah pemikiran itu mulai diperkuat dengan paham dari masyarakat yang ada kalau Guru menjadi salah satu sumber mata pencarian hidup. Sedikit ngeri kalau mendengar pengertian yang demikian.

Ada sedikitnya Tujuh Alasan saya sepakat dengan pepatah masyarakat dahulu tentang Guru ibarat Pahlawan tanpa tanda Jasa. Saya sebutkan sebagai berikut:
  1. Perjuangan tanpa lelah untuk meluangkan waktu lebih banyak untuk anak-anak yang banyak.
  2. Menghadapi karakter dan keperibadian atau tingkah laku yang bhineka juga beragam.
  3. Menjadi wadah untuk menampung minat dan keinginan dari anak.
  4. Tempat keluh kesah dan curhatan setelah orang tua yang ada dirumah.
  5. Guru yang selalu mempersiapkan bahan ajat, perangkat mengajar, strategi mengajar dan instrumen penilaian.
  6. Menyelesaikan masalah anak baik masalahnya dengan sesama temannya ataupun dengan faktor yang lainnya.
  7. Tugas yang tak jarang juga bisa lebih banyak seperti mendidik, mengajar, kegiatan non-akademik, dan ingin selalu membentuk karakater juga sikap yang baik.
Alasan ini nanti saya jelaskan satu persatu dalam tulisan selanjutnya. Semoga bisa menjadi renungan juga buat kalan yang sedang membaca. :))
Selamat Pengabdi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar